Penggunaan morfin pada pasien kanker anak-anak harus dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman sebab anak-anak belum bisa mengungkapkan rasa sakit atau nyeri yang mereka rasakan.
Untuk mengetahui lebih lengkap pemberian morfin, NOVA.id melansir dari www.webmd.com.
Pemberian morfin kepada pasien dapat diberikan dengan menelan obat tersebut selama pasien masih sanggup menelan.
(Baca juga: Buntut dari Aksi Shafa, Sang Perekam dan Penyebar Video Akan Dipolisikan)
Namun jika sudah tidak dapat menelan obat, morfin diberikan dengan injeksi.
Pemberian morfin memang dapat meredakan nyeri, namun ada efek samping diantaranya sembelit.
Efek sembelit biasa dirasakan oleh pasien penyakit kronis bukan kanker.
(Baca juga: Wow, Gaya BTS di Karpet Merah AMA 2017 Bikin Fans Susah Tidur)
Cara mengatasi sembelit setelah pasien mengonsumsi morfin adalah mengonsumsi lubiprostone (Amitiza), methylnaltrexone (Relistor) dan naloxegol (Movantik).
Efek samping yang kedua adalah mual. Sekitar 30% orang merasa mual akibat mengkonsumsi opioid.
Sebagian besar mual adalah dari efek pelambatan obat pada usus.
(Baca juga: Mengupas Bawang Putih Tak Akan Ribet Lagi Bila Tahu 2 Cara Mudahnya Ini)
Dalam banyak kasus, mual yang disebabkan oleh obat opioid akan berkurang beberapa hari setelah obat baru.
Jika tidak, ada juga obat lain yang bisa diberikan spesialis perawatan paliatif untuk membantu mual.
Efek samping terakhir adalah sedasi yang menyebabkan bingung, kantuk, dan masalah pernapasan.
(Baca juga: Jangan Risau, Bahan Rumahan Ini Dijamin Hilangkan Jerawat Dalam Semalam!)
Sedasi biasanya terjadi saat pertama kali memulai pengobatan opioid, biasanya membaik dan sering sembuh dalam tiga sampai empat hari kecuali dosis obat opioid terlalu tinggi.
Asuhan paliatif juga membangun spiritual anak melalui seni dan musik.
Anak bisa diajak menggambar, menulis puisi, mewarnai, dan menyanyi.(*)
Cecilia Ardisty