Debu silika gunung berapi memiliki titik leleh pada suhu 1.100 derajat celsius.
Lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400 derajat celsius.
Hal itu sesuai dengan kesaksian salah satu penumpang British Airways nomor penerbangan 9 yang mengatakan bahwa mesin B747 yang ditumpanginya terlihat menyala terang.
Baca juga: Tak Mau Selamanya Berakting, Luna Maya Putuskan 'Pensiun' di Umur Segini
Bila komponen mesin terbakar dan meleleh, pesawat tidak lagi memiliki daya dorong yang seharusnya dibutuhkan untuk terbang.
Debu gunung berapi juga bisa merusak kaca depan pesawat. Debu silika memiliki kontur yang tajam.
Jika ditabrak dengan kecepatan tinggi, maka kumpulan debu itu bisa membuat kaca depan pesawat tersayat-sayat, pandangan pilot pun jadi terbatas.
Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat laju (drag).
Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh.
Hal ini untuk memastikan tidak ada residu-residu abu vulkanik yang menempel di badan pesawat.
Baca juga: Biar Makin Bergairah, Gunakan Bahan Alami Ini untuk Pelumas Seks
Jika ada komponen-komponen yang terdampak, seperti rusak atau berubah bentuk karena terkikis, juga harus diganti secepatnya.
Dengan mengetahui dampak yang bisa disebabkan oleh abu vulkanik terhadap pesawat udara, maka penutupan wilayah udara dan bandara seperti yang dilakukan pihak Angkasa Pura II di Bandara Juanda Surabaya adalah hal yang tepat.
Keamanan adalah hal yang mutlak dalam setiap penerbangan.
Sejauh ini memang belum ada insiden pesawat jatuh yang dipicu oleh debu gunung berapi.
Namun, dari kasus-kasus sebelumnya yang dipaparkan di atas, bisa jadi leading factor yang menimbulkan bahaya yang lebih besar. (*)
Reza Wahyudi/Kompas.com