Media Asing Sebut Jakarta 10 Tahun Lagi Tenggelam Jika Tak Lakukan Hal Ini

By Winggi, Minggu, 24 Desember 2017 | 11:15 WIB
Prediksi Jakarta 10 tahun kedepan (The New York Times) (Winggi)

(Baca juga : Romantis! Ini yang Dilakukan Raffi Ahmad untuk Sang Istri di Momen Hari Ibu)

Ini karena air pipa yang mengalirkan air ke lebih dari setengah penduduk Jakarta harganya cukup tinggi. 

Lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air (akuifer) tidak dibenahi, meski hujan lebat dan luapan air sungai terus menimpa kawasan itu, karena lebih dari 97 persen wilayah Jakarta sudah tertutupi lapisan beton dan aspal.

Memang selalu ada ketegangan antara kebutuhan mendesak dengan rencana jangka panjang. Masalah Jakarta sama seperti kisah kota besar yang terancam tenggelam lainnya, Mexico City, Meksiko.

(Baca juga : Ingin Momen Natalmu Spesial? Yuk, Rasakan Foto dengan 6 Pohon Natal Kece Ini, Nomor 1 Pernah Masuk MURI, lho!)

Kedua kota itu menghadapi masalah akuifer yang kering menyebabkan bebatuan dan sedimen membuat Jakarta bak sebuah kue dadar.

Untuk mencegah karamnya, Jakarta harus menghentikan penggalian sumur, yang berarti pemerintah mesti menyediakan pasokan air bersih bagi penduduk, membersihkan saluran air, dan membenahi saluran pembuangan.

Aksi lainnya yang perlu dilakukan seperti pembersihan kanal dan sungai yang tercemar pabrik dengan bahan-bahan kimia.

(Baca juga : Menutup Akhir Tahun 2017, Sederet Artis Ini Memilih Liburan ke Luar Negeri Sebagai Tujuan Wisata)

Janjaap Brinkman, ahli hidrologi yang telah mempelajari Jakarta selama puluhan tahun untuk lembaga riset di bidang air dan bawah permukaan air yang berpusat di Delft dan Ultrecht, Belanda, mengatakan proyek ambisius Giant Sea Wall atau tanggul raksasa dibangun tinggi untuk menahan naiknya air laut.

Namun dengan tingkat penurunan tanah seperti saat ini, tanggul raksasa bisa berada di bawah laut pada 2030.

"Jika tanggul ini rusak, tidak ada yang menahan Laut Jawa," katanya.

(Baca juga : Mujarab, Rutin Konsumsi Minyak Zaitun, Ternyata Ampuh Mencegah Deretan Penyakit Ini)

Pengamat cuaca setempat, Ardhasena Sopalheluwakan, berpendapat pembangunan tanggul raksasa tidak diperlukan, melainkan membawa Jakarta Utara ke alam dengan membangun hutan mangrove dan peremajaan waduk, termasuk beberapa yang dibangun pada Jakarta tempo dulu. (*)

(Kompas.com / Veronika Yasinta)