Tubuh Gemuk atau Kurus, Mana Lebih Bahagia?

By Winggi, Sabtu, 30 Desember 2017 | 05:30 WIB
Tubuh gemuk lebih bahagia (istock) (Winggi)

NOVA.id- Banyak orang yang ingin memiliki tubuh kurus. 

Namun ternyata berdasarkan sebuah penelitian, kelebihan berat badan lebih cenderung bahagia. 

Kelebihan berat badan biasanya dikaitkan dengan sejumlah risiko kesehatan, termasuk kondisi jantung, diabetes, dan kemungkinan peningkatan stroke. 

(Baca juga: Benarkah Mengonsumsi Alpukat Berlebih Bisa Berbahaya? Simak Alasannya

Tetapi sebuah studi terbaru menemukan bahwa orang-orang yang tergolong dgemuk dapat menjalani kehidupan yang lebih bahagia, melansir The Independent. 

Penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology ini dilakukan oleh sekelompok ilmuwan di University of Bristol yang dipimpin oleh Louise Millard dan George Davey Smith. 

(Baca juga: 2 Bulan Menikah, Akhirnya Hamish Daud Bongkar Kebiasaan Raisa Saat Bangun Tidur)

Kelompok tersebut bermaksud untuk menganalisis bagaimana mereka dapat menggunakan PHESANT (PHEnome Scan Analysis Tool) untuk melakukan pemindaian fenom otomatis di Biobank Inggris. 

UK Biobank merupakan database yang berisi data genetik dari 500.000 pria dan perempuan di Inggris dari usia 32 sampai 73 tahun. 

Selama menjani penelitian, mereka memiliki banyak kesimpulan tentang hubungan antara BMI seseorang dan kesehatan mereka yang sudah diketahui secara luas. 

(Baca juga: 5 Manfaat Wortel Bagi Kesehatan yang Baik untuk Tubuh)

Ini juga termasuk fakta jika orang dengan BMI lebih tinggi cenderung memiliki tekanan darah tinggi, menderita diabetes, dan mengalami masa puber di usia yang lebih muda. 

Namun mereka juga menemukan bahwa orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan umumnya memiliki keadaan pikiran yang lebih tenang. 

Hal ini pun mengejutkan para peneliti. 

(Baca juga: Risiko Diabetes Bisa Menurun Hanya dengan Rutin Minum Teh, Benarkah?)

Berdasarkan penemuannya, mereka menyatakan:

"Kami juga mendeteksi sejumlah asosiasi penyebab yang sebelumnya tidak diketahui,"

"Misalnya, peserta dengan kecenderungan genetik terhadap BMI yang lebih tinggi cenderung tidak menganggap diri mereka sebagai orang yang gugup atau menyebut diri mereka tegang atau 'sangat terikat'." Jelasnya. 

(Baca juga: Singgung Hal Sensitif Tentang Nafa Urbach, Program Talkshow Hotman Paris Kena Tegur KPI)

Dasha Nicholls, Kepala Fakultas Gangguan Makan di Royal Collage of Psychiatrists mengatakan bagaimana pola makan seseorang dapat berpengaruh pada keadaan mental mereka. 

"Kami tahu bahwa jika seseorang mengalami gangguan gizi yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengatur emosi mereka," katanya kepada The Times.

(Baca juga: Wah, Aliando Syarief Masuk Dalam Daftar 100 Wajah Tertampan di Dunia, Posisinya Mengalahkan Brad Pitt)

"Tidak mengejutkan saya dalam arti bahwa akan ada hubungan langsung, tapi saya pikir ini adalah studi yang sangat menarik." ungkap Nicholls. 

Menurut NHS, di tahun 2014 sebanyak 58 persen perempuan dan 65 persen pria digolongkan sebagai obesitas di Inggris. 

Hal ini dikaitkan dengan peningkatan prevalensi obesitas di Inggris dari 15 persen pada tahun 1993 menjadi 26 persen di tahun 2014. (*)