Selain merasa sudah sembuh, rasa bosan yang dialami penderita ketika minum obat pun menjadi penyebab lainnya.
“Dalam waktu 4 bulan saya rutin minum obat, ketika 4 bulan ke atas saya mulai jenuh dengan rasa obat yang tawar dan membuat saya putus dari obat itu,” ujar Ulwiyah, mantan penderita TBC.
Akibat banyaknya stigma masyarakat mengenai penyakit TBC, munculah berbagai sifat dari penderita TBC.
(Baca juga: Gara-Gara Hal Ini Petugas Damkar Sempat Kesusahan Padamkan Api di Museum Bahari)
Yang terparah adalah penderita TBC yang tidak mau diketahui siapapun bahwa dia terkena penyakit TBC itu.
Bahkan dirinya sendiri mengingkari bahwa bakteri mycobacterium tuberculosis berada di tubuhnya.
“Ada pasien yang jika kantornya tahu dia mengidap TBC maka akan diberi surat resign. Dan TBC membuatnya kehilangan pekerjaan,” ucap Dr. Erlina Burhan, M. Sc, SpP(K), Dokter spesialis paru-paru di Rumah Sakit Pesahabatan Jakarta.
Hal ini membuat penderita merasa di diskriminasi dan penyakit TBCnya akan semakin parah karena tidak kunjung diobati.
(Baca juga: Ini Ditangkap Usai Lakukan Penipuan dengan Modus Seks 'Online)
Oleh karena itu, masyarakat harus terbuka dan lebih mengerti mengenai penyakit TBC ini.
Walaupun penyakit ini menular tapi selama penderita menjaga kesehatan sekitar dengan selalu memakai masker dan menjalani pegobatan.
Maka penyakit ini dapat dihilangkan, terlebih lagi Indonesia memiliki tujuan Indonesia Zero TBC pada 2050. (*)
Rifani Indrianti