Waspada! Ini Dia 6 Penyakit Berbahaya Ketika Banjir Menggenang, Nomor 5 Paling Sering Terjadi

By Healza Kurnia, Selasa, 6 Februari 2018 | 06:50 WIB
Perkampungan di Rajawati, Pancoran tergenang banjir luapan Sungai Ciliwung sore ini (5/2) (Healza Kurnia Hendiastutjik)

NOVA.id - Akhir-akhir ini intensitas curah hujan semakin tinggi.

Hal ini tentunya berdampak pada genangan air yang tinggi dan menjadi banjir besar di beberapa wilayah termasuk ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta.

Dilansir dari laman Hello Sehat, tak peduli seberapa tinggi genangannya, luapan air banjir bisa tercemar oleh berbagai organisme penjangkit penyakit, termasuk bakteri usus seperti E. coli, Salmonella, dan Shigella; Hepatitis A Virus; dan agen pembawa tifus, paratifoid dan tetanus.

Baca juga: Hati-Hati, Sering Lakukan Hal Ini Bisa Membuat Penampilan Rambut Menjadi Tak Sedap Dipandang

Dikutip dari studi oleh Dr. Supakorn Rojananin, M.D., kepala deputi Fakultas Kedokteran sekaligus rekanan profesor di Mahidol University, air genangan dari banjir di Jakarta Timur Januari 2005 lalu mengandung koloni bakter E. coli dan virus enterik Hepatitis A dua kali lipat lebih tinggi daripada air sungai biasa.

Virus, kuman, dan bakteri ini merupakan hasil dari polutan rumah tangga dan pertanian atau limbah industri berbahaya, seperti air selokan, sampah makanan, kotoran manusia dan hewan, bangkai, pestisida dan insektisida, pupuk, minyak, asbes, bahan bangunan berkarat, dan sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang harus kita waspadai selama musim banjir:

Baca juga: Wah, Perjuangan dan Kesetian Manto dalam Melindungi Istri dan Anaknya dari Banjir Patut Diancungi Jempol

1. Diare

Diare karena infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang.

Diare berat berpotensi fatal dan memerlukan bantuan medis sesegera mungkin akibat miskinnya cairan dan nutrisi tubuh yang terbuang dalam jumlah besar bersama cairan diare — terutama pada bayi dan anak-anak, orang-orang yang kekurangan gizi, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahunnya ada hampir dua juta anak di seluruh dunia, kebanyakan di bawah usia 5 tahun, meninggal akibat diare.