Hidup Miskin dan Jadi Tulang Punggung Keluarga, Remaja 19 Tahun Ini Alami Depresi Gara-Gara Khawatir Adiknya Tak Bisa Sekolah

By Amanda Hanaria, Minggu, 25 Februari 2018 | 04:41 WIB
Tacim (tengah) saat ditengok calon wakil gubernu Jawa Barat Dedi Mulyadi, Jumat (23/2) (Amanda Hanaria)

NOVA.id - Tacim, seorang remaja berusia 19 tahun asal Dusun Babakan, Desa Gembongan, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengalami depresi karena memikirkan biaya sekolah adik dan ekonomi keluarganya.

Tacim yang menjadi tulang punggung keluarga mengalami stres sejak sebulan lalu. Semar, kepala Dusun Babakan, mengatakan, Tacim kedapatan sering melamun.

Baca juga: Viral Video Bocah Jadikan Anak Anjing untuk Santapan Buaya, Bukannya Kasihan Malah Ditertawakan

Dia sangat mengkhawatirkan pendidikan adiknya dan ekonomi keluarganya. "Kalau lihat kucing, dia lari ke atas pohon. Saat saya tanya, dia hanya bilang takut adiknya enggak bisa sekolah, takut keluarganya enggak bisa makan. Soalnya, bapaknya memang sudah tua," kata Semar, Jumat (23/2).

Semar menceritakan kisah Tacim itu kepada calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat dicegat di Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari. Dedi pun kemudian diajak untuk melihat kondisi keluarga Tacim.

Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu

"Saya ada terima kabar. Katanya, ada Kang Dedi Mulyadi lalu buru-buru saya cek, ternyata benar. Tadi langsung saja saya bawa menemui Tacim. Saya minta doa dari Kang Dedi buat Tacim, atau barangkali Kang Dedi ada solusi," katanya.

Semar mengatakan, ia dan warga lainnya berusaha untuk menyembuhkan Tacim.

Bahkan ia menggalang dana bantuan dari warga untuk pengobatan Tacim.

Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya

Namun dana yang terkumpul tidak banyak. Akhirnya, pihak keluarga terpaksa menjual kambing milik Tacim untuk biaya berobat.

"Sudah tiga kali dibawa ke dokter jiwa sampai jual domba, sempat udunan warga tapi belum cukup juga," katanya.

Semar kemudian mempertemukan Dedi Mulyadi dengan keluarga Tacim. Saat ditanya Dedi, keluarga pemuda lulusan SMP itu tidak terlalu mengetahui kondisi Tacim yang sebenarnya.

Baca juga: Wah, Ternyata Begini Wajah Asli Titi Kamal Saat Tak Pakai Makeup

"Enggak tahu (depresi), cuma bilangnya takut si enok (adiknya) tidak bisa sekolah, itu saja," kata ibu Tacim, Erni (48).

Untuk meringankan beban psikologinya, Dedi Mulyadi kemudian meminta keluarganya untuk memeluk Tacim.

Dekapan dari sang adik, khafifah dan ibunya diyakini Dedi dapat meringankan beban psikologis yang diderita oleh Tacim.

Baca juga: Menuai Simpatik, Bocah yang Merawat Ibunya Seorang Diri Kini Bisa Tersenyum Lebar

"Nok, peluk kakakmu, dia hebat, dia takut kamu gak sekolah sampai jadi begini. Ibu, peluk anaknya, doakan semoga cepat sembuh. Insya Allah segera sembuh," kata Dedi.

Dedi mengatakan, ada banyak kasus mirip Tacim di Jawa Barat. Seorang remaja "dipaksa" untuk menjadi tulang punggung keluarga. Hal itu menyebabkan kondisi kejiwaannya makin berat.

"Bandingkan dengan anak seusianya yang lain. Umur segitu sudah menjadi tulang punggung keluarga, jadi depresi dan stres. Kasus ini banyak terjadi di Jawa Barat," ujarnya.

Baca juga: Jangan Khawatir, Jerawat Bisa Kita Hilangkan dengan Menggunakan Vitamin C, Simak Cara Mudahnya Ini

Karena itu, Dedi berpendapat Jawa Barat harus memiliki banyak rumah sakit jiwa yang didirikan di setiap daerah untuk mengatasi kasus orang depresi.

"Di setiap karesidenan harus ada rumah sakit jiwa, Tacim masih bisa diobati dan masih berada di lingkungan keluarganya. Lihat mereka yang diterlantarkan, jadi nanti tidak ada orang stres di Jawa Barat yang terlantar," tandas Dedi.  (*)

Irwan Nugraha/Kompas.com