“Dulu awal-awal itu kita berdua belajar komputer di warnet, jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. Kita sama sekali tidak tahu tentang komputer. Datang ke warnet, kita mengamati orang-orang yang mengoperasikan komputer,” cerita Sri.
Gencar Promosi Online
Tahun 2010 Al Barik ikut pameran hasil olahan pangan di Jogja Expo Centre (JEC), Yogyakarta.
Dari keikutsertaan itu, mereka mendapatkan uang saku yang kemudian dibelanjakan untuk membeli laptop.
“Mulai tahun 2012, kita gencar promosi online, mulai Facebook, website, Instagram, dan Twitter. Berawal dari promosi online ini, kita pun dikenal di luar negeri. Tak hanya itu, pemesanan keripik juga bukan cuma di sekitar wilayah Bantul atau Yogyakarta, tetapi hingga luar daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Bogor,” tukas Sri.
Kini Sri Purwanti memproduksi keripik bonggol pisang sebanyak 20 kilogram sehari.
Ia mendapatkan bahan keripik dengan mudah dari tetangga dusun dan desa yang menyetor padanya setiap hari.
“Satu bonggol pisang kami beli Rp5.000. Setiap hari kita mengolah sekitar 4-5 bonggol pisang. Keripik kita juga kandungan minyaknya telah berkurang karena memanfaatkan mesin spinner,” kata Sri.
Untuk mengolah bonggol pisang itu, Sri memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dari tetangga sekitar.
Baik itu yang mengiris bonggol hingga menggoreng.
“Sebenarnya kita ada juga alat pengiris bonggol, tapi biar ada pemberdayaan tetangga, jadi lebih bermanfaat,” ungkap Sri.
Berawal dari kesuksesannya mengolah bonggol pisang, permintaan agar Sri jadi pembicara juga kian banyak.