Miris! Ada 6.200 Ribu Balita di Gunung Kidul Alami Stunting, Ternyata Ini Penyebabnya

By Amanda Hanaria, Kamis, 15 Maret 2018 | 01:00 WIB
Gejala leukemia pada anak (istock) (Amanda Hanaria)

NOVA.id - Data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, menyebutkan anak kerdil ( stunting) mencapai ribuan orang.

Pemerintah berupaya menekan angka pernikahan dini sebagai salah satu faktor penyebabnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Kartini mengatakan, setiap tahun ada sekitar 6.200 balita di Gunung Kidul mengalami stunting.

"Angka balita stunting di Gunung Kidul masih dalam kisaran angka tersebut (6.200). Penyebab dominan memang soal pernikahan dini," ujarnya saat dihubungi Rabu (14/3).

Baca juga: Wah, Jangan Sampai Anak Menderita Gizi Buruk atau Stunting, Efeknya Terasa Hingga Jangka Panjang!

Kartini menjelaskan, pernikahan dini terjadi pada remaja usia 14-18 tahun.

Pernikahan dini tersebut berkontribusi 30 persen terhadap jumlah balita stunting.

Balita stunting menyebar di beberapa kecamatan, di antaranya Rongkop, Gedangsari, dan Semanu.

"Balita yang lahir akibat pernikahan dini ini akrab lahir tak sempurna dan tumbuhnya lambat. Dimulai ketika lahir hanya memiliki panjang kurang dari 48 sentimeter," tuturnya.

Baca juga: Wajib Disimak, Minum Ayamnya Punya Manfaat Bagi Kita Sekeluarga

Kartini menjelaskan, penyebab stunting lainnya adalah ibu hamil yang kekurangan sel darah merah atau anemia.

Kemudian, ibu hamil yang kekurangan makanan tambahan. Untuk itu pihaknya berupaya meningkatkan kesehatan ibu hamil melalui Puskesmas, Posyandu hingga PKK.

"Penyuluhan agar balita stunting diberi ASI eksklusif di usia 0-6 bulan. Usia berikutnya diberi pendamping makanan tambahan. Perhatian kepada ibu hamil agar kebutuhan gizi terpenuhi juga kami lakukan," jelasnya.

Penanganan stunting dilakukan lintas sektoral di antaranya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam menyediakan air bersih.

Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3AKBPMD), dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, untuk mencegah pernikahan dini.

Data dari Disdikpora, angka putus sekolah masih menjadi persoalan. Dari 57.000 anak di sekolah dasar (SD), 17 anak di antaranya (0,03 persen) mengalami putus sekolah.

Untuk kategori SMP, dari 27.000 anak sekolah, 8 di antaranya (0,03 persen) putus sekolah. Untuk SMA sederajat, dari 27.000 anak, lima di antaranya putus sekolah, atau sekitar 0,02 persen.

Baca juga: Beda dengan Deddy Corbuzier, Inilah Tanggapan Eko Patrio Saat Ditanya Soal Program dan Artis Alay

"Angka putus sekolah di sini rendah, tetapi kami terus berupaya untuk mencegah," kata Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rosyid.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan, stunting menjadi perhatian serius pemerintah.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibanding negara-negara berpendapatan menengah lainnya di dunia. (*)

Markus Yuwono/Kompas.com