Jenazah Perempuan Tiba-Tiba Bangun dan Berlari, Warga Bali Seketika Langsung Heboh!

By Amanda Hanaria, Kamis, 15 Maret 2018 | 05:08 WIB
Ni Wayan Norti (rambut terurai) ketika kesurupan dan berlari menuju Pura Pejenengan Sakti. Ibu dari dua anak tersebut sempat dikabarkan meninggal dunia dan hidup kembali saat sampai di rumahnya, Selasa (13/3) (Amanda Hanaria)

Keanehan lalu terjadi. Saat akan digotong menuju kediamannya, tiba-tiba tubuh Ni Wayan Norti bergerak. 

Mengetahui hal itu, pihak keluarga lalu bergegas membawanya ke kamar. 

Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu

Bahkan, Ardana memanggil dokter dari Puskesmas Banjarangkan II untuk memeriksakan kondisi Wayan Norti. 

"Dokter sudah sampai di rumah, tapi Ni Wayan Norti enggan untuk diperiksakan kondisinya. Dokter pun lalu lalu pulang," ungkapnya. 

Setelah mengalami peristiwa aneh itu, pihak keluarga lalu menggelar ritual di Pura Pejenengan Sakti. 

Beberapa kerabat dan Ni Wayan Norti sempat kesurupan di pura tersebut. 

Bahkan, situasi heboh ketika Ni Wayan Norti berlari dari pura menuju kediamannya untuk memanggil kedua putrinya. 

"Karena mengalami peristiwa seperti itu, rencananya Ni Wayan Norti akan melaksanakan ritual mediksa," ungkap Ardana. 

Baca juga: Tampil Bersama Deddy Corbuzier, Sarita Abdul Mukti Lebih Pilih Jadi Alay Daripada Maksiat

Menurut beberapa warga dan kerabat, Norti menerima pawisik atau suara gaib untuk menjalani kehidupan sebagai seorang dwijati (orang suci) dengan gelar Sri Mpu Basuki Bian Ratu Sakti. 

Pihak keluarga pun menyanggupi melaksanakan proses diksa/medwijati terhadap Ni Wayan Norti.

Sementara itu, Ketua PHDI Klungkung Putu Suarta menyampaikan, pihak PHDI tidak akan membatasi siapa pun, termasuk Ni Wayan Norti, untuk menjadi seorang diksa/medwijati. 

Menurut dia, tidak ada batasan usia dari seseorang untuk melakukan prosesi mediksa atau penyucian. Semua tergantung yang pada yang bersangkutan dan nabe (guru). 

Baca juga: Jennifer Dunn di Penjara, Orangtua Asik Renovasi Rumah Mewahnya, Begini penampakannya Sekarang!

"Calon diksa harus punya kesiapan mental maupun lainnya dan keluarga mendukung. Kalau usia tua tapi belum bisa mengendalikan diri, kami juga khawatir itu. Ketika seseorang sudah didwijati tidak lagi memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi," ujar I Putu Suarta ketika ditemui di Sekretariat PHDI Klungkung, Rabu (14/3).

Suarta mengatakan, mereka yang menjadi seorang sulinggih atau orang yang sudah disucikan harus memiliki kesadaran dan punya disiplin tinggi menaati hukum agama. 

"Jangan nanti ketika seseorang sudah mendiksa, mencari kerja atau terikat oleh pekerjaan di luar urusan keagamaan, itu yang kami khawatirkan. Makanya saat diksa pariksa, kami dari tim diksa pariska kabupaten selalu bertanya soal kesiapan yang bersangkutan, baik jasmani, rohani, material, maupun kesiapan keluarga, anak-anaknya seperti apa,” ungkapnya.

Caroline Damanik/Kompas.com Sumber: Tribun-bali.com