NOVA.id – Untuk memiliki tubuh yang sehat, kita harus menyeimbangkan aktivitas harian dengan istirahat yang cukup.
Bila kita cukup istirahat, maka kondisi fisik dan mental kita akan prima.
Tetapi, memang tak semua orang bisa beruntung bisa mendapatkan tidur dengan mudah.
(Baca juga: Keren, Ini Fotografer Perempuan yang Punya Feed Instagram Kece, Bisa Ditiru!)
Dampak kurang tidur yang paling mudah terlihat adalah bad mood, kulit kusam, perfoma yang buruk hingga kelelahan.
Walau kita sering kurang mendapatkan cukup tidur, jangan lantas menyebut diri insomnia.
Apalagi jika dilakukan terus-menerus, justru membuat masalah tidur makin parah.
(Baca juga: Wah, Mariah Carey Akui Menderita Bipolar II, Sebenarnya Apa yang Ia Alami?)
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Behavior Research and Therapy, psikolog Kenneth Lichstein menyebutkan, insomnia tak sekadar gangguan tidur, tapi juga gangguan appraisal kognitif.
Studi yang berjudul " Insomnia Identity" meneliti perbedaan antara label dan kondisi insomnia yang sebenarnya.
“Mungkin ada banyak orang di luar sana menderita (insomia) karena label yang diciptakan sendiri, daripada memang benar-benar menderita kondisi tersebut,” tulis Lichstein seperti dikutip dari Readers Digest.
(Baca juga: Pantas Awet Muda, Ternyata Ini Rutinitas Sehat yang Dijalankan Victoria Bechkam Setiap Pagi)
Studi ini mengkaji 20 penelitian yang mengukur kondisi kekurangan tidur dan kondisi insomnia karena label mereka sendiri.
Hasilnya, ada sangat sedikit tumpang tindih di antara keduanya.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang yang memang kekurangan tidur tidak melabeli diri mereka sebagai penderita insomnia.
(Baca juga: Wah, Ternyata Ini 3 Jenis Cedera yang Paling Sering Dialami Saat Olahraga, Hindari yuk!)
Karena itu, mereka tidak mengalami kelelahan atau kecemasan di hari berikutnya.
Studi lain juga menemukan, terlepas dari fakta kurang tidur biasanya terkait dengan risiko kenaikan tekanan darah tinggi, orang-orang yang tidak melabeli diri mereka sebagai penderita insomnia tidak mengalami kondisi tersebut.
Sebaliknya, studi menemukan orang yang tidur nyenyak tetapi menganggap diri penderita insomnia cenderung bangun dengan kelelahan, depresi, kecemasan, dan hipertensi.
(Baca juga: Duh, Kaki Kram Bikin Pekerjaan Terganggu! Kenali Penyebab dan Cara Mengobatinya Berikut)
Temuan Lichstein mengungkapkan realitas yang sangat menarik, di mana meskipun tidur adalah fungsi biologis, kita dapat mengelabui otak sementara waktu dengan berpikir jika mengalami insomnia dan mengalami dampaknya, atau berpikir tidur nyenyak dan bangun dengan keadaan segar setiap pagi.
“Merasa khawatir terus menerus dengan tidur yang buruk merupakan patogen yang lebih kuat daripada gangguan tidur sebenarnya. Persepsi tersebut menciptakan realitas,” ungkapnya.(*)
(Kahfi Dirga Cahya/Kompas.com)