Inspiratif, Ini Kisah Dokter Amalia saat Bertugas di Pedalaman Papua

By Juwita Imaningtyas, Selasa, 19 Juni 2018 | 20:00 WIB
Dokter Amalia Saat Bertugas (Kompas.com)

NOVA.id - Apakah Sahabat NOVA telah membaca kisah dokter muda, Amalia Usmaianti yang bekerja di pedalaman Papua?

Dokter Amalia tengah bertugas di pedalaman Boven Digoel, Papua.

Ia pun menjadi viral setelah mengunggah kisahnya yang harus menempuh jarak belasan kilometer untuk menangani warga yang membutuhkan pertolongan.

(Baca juga: Kulit Kaki Belang Bikin Malu? Pudarkan dengan Bahan Alami Ini Saja!)

Dokter lulusan Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara itu telah bertugas sejak Mei 2017, bersama enam orang lainnya dalam sebuah tim.

Dilansir dari Kompas.com, tim itu terdiri dari dirinya sebagai dokter umum, 6 rekannya yang merupakan perawat, bdian, ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, analis kesehatan dan apoteker.

Dalam akun Facebooknya, ia mengunggah fotonya yang sedang menuju Kampung Tembutka dengan jarak 16 Km dari puskesmas.

(Baca juga: Selalu Bawa Sedotan Tiap Bepergian, Alasan Andien Ini Wajib Kita Tiru)

Unggahan Dokter Amalia di Akun Facebooknya (Facebook)

Itu dilakukannya untuk melakukan Puskesmas Keliling (pusling) keesokan harinya.

Rekan satu timnya jatuh sakit dan pingsan yang akhirnya mengharuskan tim menandunya dengan tandu darurat yang hanya terbuat dari dua batang bambu kecil dan sarung.

Apa yang dialami Amalia dan rekannya itu juga merupakan hal yang dijalani masyarakat di daerah tersebut untuk mendapat akses kesehatan.

(Baca juga: Sering Dipercaya, Ternyata 4 Tanda Ini Bukan Kebahagiaan yang Sejati)

Saat diwawancarai oleh Kompas.com pada Kamis (14/6), Amalia menceritakan banyak hal terkait kondisi pedalaman Papua.

"Sebelum kami menetap itu, hanya ada puskesmas pembantu yang dikunjungi sebulan sekali dari puskesmas distrik lain yang terdekat. Dan jarak (masyarakat) ke puskesmas dengan ke Papua Nugini lebih dekat ke Papua Nugini, lewat hutan-hutan begitu," ujar Amalia.

Ia juga menjelaskan, masyarakat di pedalaman tidak memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar karena terbatasnya piranti dan jaringan komunikasi yang memadai.

(Baca juga: Inilah Alasan Kenapa Kita Harus Mencintai Diri Sendiri Sebelum Mencintai Orang Lain)

"Untuk jaringan, tergantung cuaca. Kalau hujan ada petir, hilang sinyal, kami naik-naik pohon buat cari sinyal," ungkapnya.

Jalan dari kabupaten ke distrik Ninati bukanlah aspal, namun tanah liat yang kerap menjadi lumpur saat hujan dan tidak bisa dilewati kendaraan.

Tak hanya itu, di sana juga masih ada keterbatasan air dan listrik.

Dokter Amalia menuturkan, "Kadang solar susah dicari, sebulan hanya sekali (nyala), bsia juga sebulan itu satu atau dua minggu nyala terus ada dana dari kampung (untuk membeli solar)."

"Ternyata harus hujan dulu deh baru bak mandi terisi. Untuk keperluan mandi dan mencuci, kami biasa ke sungai. Untuk konsumsi kami ambil dari mata air di dekat rumah-rumah warga," pungkas Amalia.(*)