Paji Nyili-Nyili, Tradisi Jalan Malam Bersama Obor di Tidore

By Healza Kurnia, Jumat, 22 Juni 2018 | 14:45 WIB
Sejak tengah malam, pemuda dari berbagai desa di Tidore, Maluku Utara, bergantian mengarak panjipanji kebesaran Tidore. (Djuli Pamungkas)

Baca juga: Sering Keluar Darah dari Hidung dan Mulut, Ternyata Bocah SD Ini Alami Penyakit Mematikan

Sebagai pembeda, prajurit Kapita akan mengenakan setelan baju hitam agar menjadi penanda prajurit pengawalan bagi pengarak bendera.

Momen puncak perjalanan panji-panji Tidore ini adalah saat perayaan hari jadi di Lapangan Keraton Kesultanan Tidore.

Secara simbolis, acara itu mempertegas identitas bangsa sebagai negara maritim.

Paji Nyili-nyili akan dibawa oleh pasukan, lalu diantar ke masing-masing batas kampung dan diterima oleh kelompok pemuda.

Selama proses pergantian, para pengarak paji selalu diiringi dengan tabuhan rebana dan lantunan salawat nabi sebagai ungkapan rasa syukur atas usainya perjuangan leluhur mereka.

Para pembawa panji akan berjalan kaki dan hanya diterangi obor selama perjalanan.

Lampu-lampu pemukiman yang akan dilintasi Paji Nyili-nyili hampir seluruhnya dipadamkan.

Digantikan sementara oleh obor kecil sederhana yang dipasang di depan rumah-rumah warga.

Sebagai penerangan selama perjalanan, pengarak Paji Nyili-Nyili mengandalkan obor. (Djuli Pamungkas)

Cahaya obor berbahan bakar minyak tanah membuat suasana temaram, seakan mengajak warga bernostalgia merasakan bagaimana Sultan Nuku memimpin pasukannya menembus pekatnya malam di Bumi Rempah, Tidore.

Namun, seakan kontras dengan pulau seberang—Ternate—yang gemerlap dan dimanjakan lampu-lampu di kaki Gunung Gamalama.