Sedap, Nikmati Kelezatan dan Gurihnya Kaledo dari "Bumi Tadulako" Palu

By Healza Kurnia, Minggu, 24 Juni 2018 | 15:30 WIB
Sajian Kaledo khas Palu milik Dahlia yang berada di Jalan Diponegoro, Palu (Gandhi Wasono/NOVA)

NOVA.id - Siapa diantara Sahabat NOVA yang sudah pernah ke Palu atau baru akan berencana untuk pergi ke sana?

Selain kaya akan hasil laut, propinsi yang dikenal dengan sebutan “bumi tadulako” ini juga dikenal dengan masakan khasnya yakni kaledo.

Masakan berkuah berbahan utama daging sapi itu jadi incaran penyuka kuliner saat berkunjung ke Palu.

Oleh karena itu, jika pergi ke Palu, Sulawesi Tengah, jangan lupa untuk mencoba masakan yang satu ini.

Baca juga: Pria Ini Tak Dapat Restu Istrinya Nonton Piala Dunia, Hal Unik pun Dilakukan oleh Teman-Temannya

Secara penampilan, kaledo sepintas tak ubahnya sop buntut kebanyakan.

Sama-sama berbahan utama daging sapi dengan guyuran kuah gurih yang menyertakan tulang di dalamnya.

Lain halnya jika bicara rasa.

Rasa daging sapi pada kaledo lebih kuat, dibalut aroma gurih kaldu sumsum yang tak kalah kuat.

“Tidak seperti menu masakan lain yang bisa dijumpai di luar daerah, kaledo hanya bisa ditemukan di Palu dan sekitarnya,” kata Dahlia Sinjar (53), pemilik rumah makan Kaledo Stereo diJalan Diponegoro, Palu.

Di Palu sendiri sebenarnya banyak rumah makan yang menjual kaledo.

Namun dari sekian banyak rumah makan tersebut, Kaledo Stereo milik Dahlia lah yang paling terkenal dan banyak didatangi pembeli.

Baca juga: Ternyata Ini Rahasia Perempuan Jepang Langsing dan Awet Muda

Pelanggannya bukan warga setempat saja, tetapi pejabat sekelas menteri sampai artis ibukota pun setiap kali datang ke Palu tak pernah melewatkan mampir mencicipi kaledo Dahlia.

Kaledo Stereo milik Dahlia menjadi jujugan pembeli, dari masyarakat umum sampai menteri (Gandhi Wasono/NOVA)

“Pak Aburizal Bakrie dan beberapa menteri kalau datang kemari lebih suka makan dibelakang karena tempatnya lebih luas,” kata Ibu tiga anak tersebut.

Dahlia menjelaskan, awalnya dia menjalankan usaha salon serta penjualan busana  perempuan.

Namun, tahun 1997, oleh mertuanya, Haji Mansyur, dia diminta melanjutkan usahamenjual kaledo.

“Karena merupakan usaha warisan dari mertua, resep pembuatan kaledo dari mertua semua,” papar Dahlia yang memilih lokasi strategis persis di mal terbesar di Palu sebagai lokasi warung kaledonya.

Tapi, lanjut Dahlia, di tahun 1997 tersebut, usaha warung kaledonya juga masih kecil,belum seramai sekarang.

Dalam sehari, paling dia hanya menghabiskan satu kaki sapi.

Baca juga: Jadi Fans No 1, Omesh Berikan Kejutan di Hari Ulang Tahun Dian Ayu

Tak heran jika pada awal menjalankan usaha warung kaledo, Dahlia masih mampumenjalaninya sendiri, mulai memasak sampai kulakan bahan ke pasar.

Kalaupun ada yang bantu, biasanya cuma suami.

Seiring perjalanan waktu, rumah makan miliknya makin lama makin ramai.

Masyarakat umum sampai pegawai pemerintahan selalu datang menikmati kaledo diwarungnya.

“Sekarang rata-rata sehari kami menghabiskan 15 kaki sapi, mulai paha atassampai kaki,” ujar istri Mohamad Nasir tersebut.(*)

(Gandhi Wasono M.)