Nigel juga mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya tersebut, ketika perempuan memiliki hormon testosteron yang tinggi, maka perempuan akan menjadi lebih kompetitif, lebih berani mengambil risiko, dan lebih dominan secara sosial.
Dilansir dari DailyMail, Chris Simpson, anggota The Royal College of Psychiatrists mengatakan bahwa tidak ada yang tahu apakah perilaku dan pribadi kita dibentuk oleh hormon kita, atau justru sebaliknya.
(Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Lakukan Siasat Ini Saja Pada Anak Hiperaktif)
Namun, Chris mengatakan bisa jadi keduanya.
“Jika Anda perempuan yang bekerja di lingkungan yang kompetitif, Anda mungkin akan menjadi lebih tegas, kompetitif, dan agresif, sehingga akan membuat tingkat testosteronnya meningkat,” ujar Chris.
"Sama halnya dengan aktivitas seksual, semakin sering Anda melakukan seks, semakin kuat hasrat seksual Anda. Atau sebaliknya, semakin jarang Anda melakukan aktivitas seksual, maka gairah Anda juga akan menurun", tambah Chris.
Masih menurut Chris, perempuan dengan testosteron tinggi namun berada dalam sebuah hubungan yang tidak bahagia juga dapat menurunkan—bahkan menghilangkan—gairah seksual mereka.
(Baca juga: Tak Usah Panik, Ini Dia 2 Kunci Utama Ketika Mendapat Kabar Demosi)
Seorang pakar disfungsi seksual dari Holistic Medical Clinic di London, John Moran, sepakat dengan Chris.
Ia mengatakan bahwa untuk dapat memahami gairah seksual perempuan, kita harus melihatnya dari berbagai faktor seperti, faktor fisik, psikologis, sosial, dan hubungan.
Moran menambahkan bahwa memang benar dengan memberikan hormon testosteron pada perempuan terkadang dapat meningkatkan gairah seksual mereka.
Namun pemberian hormon testosteron yang terlalu sering justru dapat menghilangkan gairah mereka sama sekali. (*)
(National Geographic Indonesia/ Bhisma Adinaya)
(Artikel ini sudah pernah tayang di laman National Geographic Indonesia dengan judul "Kaitan Antara Bulu Lebat dengan Tingkat Libido Wanita Menurut Sains")