Menurut Dorling Dogomo, yang akrab dipanggil Mama Dodo itu, noken anggrek sudah ada sejak dirinya masih kecil.
Biasanya bahan diambil dari hutan yang sangat jauh, contohnya anggrek kuning.
Baca juga: Begini Deddy Corbuzier Tanggapi Soal Tik Tok dan Bowo Alpenliebe
Setelah diambil, terus dikeringkan, baru kemudian dianyam dengan proses manual.
Ternyata yang membuat harga noken anggrek jauh lebih mahal ketimbang noken berbahan dasar kulit kayu, jelas karena sulitnya memperoleh bahan baku tersebut.
“Mahal toh, bayangkan saja dua sampai tiga malam itu bermalam di hutan untuk bisa dapat ini barang (anggrek). Gunung ke gunung, bahkan bisa satu minggu dua minggu, belum lagi anyamnya,” jelas Dodo sambil tersenyum lebar.
Lantas, apa kegunaan noken yang terbuat dari anggrek yang jutaan harganya itu?
Sama saja dengan kegunaan noken pada umumnya.
Yakni digunakan kaum perempuan di sana sebagai alat angkut hasil berburu bahan makanan ketika usai bepergian ke hutan.
“Isi untuk barang ubi-kah atau sayuran apa saja. Barang apa saja bisa masuk dan dijamin kuat. Jadi, biasa itu yang dibawa ubi betatas (ubi jalar) baru di atasnya sayuran, setelah itu kayu bakar,” jelas Mama Dodo,
Baca juga: Purbasari Suguhkan Tiga Produk Terbaru yang Cocok untuk Perempuan Aktif Indonesia
“Lalu biasa kita ada bawa anak di atasnya," imbuhnya.