Makamnya sendiri dibuat dari keramik putih dan dipasangi rantai di sekelilingnya.
Baca juga: Lagi Potong Rambut, Gempi Malah Keasikan Nyanyi Lagu Syantik
Pada dinding bangunan terdapat lukisan Tuanku Imam Bonjol berbaju dan sorban putih sedang mengangkat pedang terhunus di atas kuda putih.
Pada batu nisan makam tertulis:
“Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. Lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat. Wafat pada 6 November 1854 di LotaMinahasa, dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda karena berperang menentangpenjajahan untuk kemerdekaan Tanah Air, bangsa, dan Negara”.
Di samping berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol, pengunjung juga bisa melihat peninggalan Tuanku selama diasingkan oleh penjajah Belanda di Minahasa.
Peninggalan tersebut berupa tempat ibadah di bawah bangunan makam.
Untuk menuju ke tempat ibadah Tuanku Imam Bonjol, pengunjung akan melewati pepohonan jati dan bambu yang rimbun, serta puluhan anak tangga yang berkelok ke pinggir aliran sungai Malalayang yang jernih dengan bebatuan indah.
Baca juga: Pakaian Tradisionalnya Dijiplak Dior, Begini Pembalasan Orang Rumania
Di ujung tangga, ada bangunan tempat ibadah Tuanku Imam Bonjol.
Di dalam bangunan yang kini dijadikan musala itu terdapat sebuah batu berukuran 2 x 0,5 meter dengan tinggi 0,5 meter yang dulu digunakan Tuanku Imam Bonjol sebagai tempat melaksanakan salat selama di pengasingan.