NOVA.id - Siapa diantara Sahabat NOVA yang masih ingat dengan gambar pecahan uang 5.000 rupiah?
Jika masih ingat, tentu ada sosok pahlawan nasional yang berada di gambar tersebut yang berhasil mengusir penjajah pada masa perang dunia ke 2.
Ya, pahlawan nasional tersebut bernama Tuanku Imam Bonjol yang kini berpusara di Minahasa.
Di kota berjuluk Kota Tinutuan ini menyimpan wisata sejarah yang melegenda.
Salah satunya, makam pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.
Baca juga: Awas! 6 Penyakit Ini Bisa Menyerang Saat Berenang di Kolam Renang Umum
Letaknya, di Desa Lota, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa.
Di desa asri nan sejuk yang hanya berjarak 10 kilometer dari pusat kota Manado, berdiri kokoh sebuah bangunan bercat putih dan beratap bagonjong, khas rumah adat Minangkabau.
Bangunan berukuran 15 x 7 meter tersebut merupakan pusara pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.
Berdiri di atas hamparan taman seluas 1.500 meter dan berhiaskan aneka jenis pohon, makam itu terlihat unik di antara rumah warga.
“Ini satu-satunya bangunan di Minahasa dengan model rumah adat Minangkabau,” ujar Abdul Mutalib (60), warga setempat.
Tulisan huruf Arab ikut menghiasi bangunan makam sosok pahlawan yang memimpinperang Paderi (1821-1837) itu.
Makamnya sendiri dibuat dari keramik putih dan dipasangi rantai di sekelilingnya.
Baca juga: Lagi Potong Rambut, Gempi Malah Keasikan Nyanyi Lagu Syantik
Pada dinding bangunan terdapat lukisan Tuanku Imam Bonjol berbaju dan sorban putih sedang mengangkat pedang terhunus di atas kuda putih.
Pada batu nisan makam tertulis:
“Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. Lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat. Wafat pada 6 November 1854 di LotaMinahasa, dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda karena berperang menentangpenjajahan untuk kemerdekaan Tanah Air, bangsa, dan Negara”.
Di samping berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol, pengunjung juga bisa melihat peninggalan Tuanku selama diasingkan oleh penjajah Belanda di Minahasa.
Peninggalan tersebut berupa tempat ibadah di bawah bangunan makam.
Untuk menuju ke tempat ibadah Tuanku Imam Bonjol, pengunjung akan melewati pepohonan jati dan bambu yang rimbun, serta puluhan anak tangga yang berkelok ke pinggir aliran sungai Malalayang yang jernih dengan bebatuan indah.
Baca juga: Pakaian Tradisionalnya Dijiplak Dior, Begini Pembalasan Orang Rumania
Di ujung tangga, ada bangunan tempat ibadah Tuanku Imam Bonjol.
Di dalam bangunan yang kini dijadikan musala itu terdapat sebuah batu berukuran 2 x 0,5 meter dengan tinggi 0,5 meter yang dulu digunakan Tuanku Imam Bonjol sebagai tempat melaksanakan salat selama di pengasingan.
Terdapat beberapa cekungan pada bagian batu tersebut.
Tidak jauh dari batu terdapat sumur yang airnya sangat dangkal sehingga dapat diraih dengan gayung untuk berwudu atau sekadar membasuh badan.
Seluruh kawasan makam kini dijaga dan dirawat oleh keturunan Apolos Minggu.
Kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan di sana-sini, di antaranya atap bocor dan cat yang terkelupas.
“Bangunan ini terakhir dipugar pada tahun 1992, sedangkan bangunanberupa ruang toilet dan sebagainya hanya sumbangan dari berbagai pihak,” jelas Abdul yang biasa dipanggil Popa.(*)
(Tumpak Sidabutar)