NOVA.id - Belasan anak muda tampak sibuk di ruang sebuah rumah berlantai dua yang cukup megah di Jl Giling Rejo, Salatiga.
Ada yang tengah menggambar di laptop, mendesain, membuat animasi, dan juga membuat musik.
Begitulah, aktivitas sehari-hari Educa Studio, kantor usaha kreatif yang serius mengembangkan game edukasi anak-anak untuk aplikasi Android.
“Sampai sekarang sudah lebih dari 200 game yang kami buat,” ujar Andi Taru (30) yang bersama istrinya, Idawati (29), pengelola kantor ini.
Dari kota kecil di Jawa Tengah ini, karya mereka sudah diunduh jutaan user, tak hanya di dalam tapi juga luar negeri.
Baca juga: Meretas Email Selena Gomez, Perempuan Ini akan Digugat 10 Tahun Penjara
Sahabat NOVA bisa mengunduh beragam game edukasi di Google Play Store secara gratis.
Meski gratis, Educa Studio sanggup mendapatkan pemasukan dari iklan.
Makin banyak pengunduh, makin banyak iklan yang ditaruh Google, kian besar pula penghasilan yang didapatkan Andi.
Awalnya, Andi mengembangkan game untuk kategori anak berusia 2 - 6 tahun.
Selanjutnya, ia memperluas untuk anak usia 7-12 tahun.
Andi dan Idawati memang menyukai dunia pendidikan untuk anak.
“Sekarang, kan, era digital. Makanya saya ingin membuat sarana belajar yang lebih baru, modern, dan menyenangkan buat anak-anak,” ujar Andi.
Baca juga: Wow, Ini Buktinya Kedokteran Kecantikan Indonesia Juga Berkualitas
Andi dan Idawati sepakat mengibarkan Educa Studio pada tahun 2011 setelah mereka menikah.
Kebetulan, mereka sama-sama berlatar belakang Teknologi Informatika.
Andi alumni Universitas Kristen Satya Wacana, sedangkan Idawati alumni STEKOM (Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer), Semarang.
“Kami berbagi tugas. Saya urusan produksi seperti membuat konsep dan desain, Andi bagian pemasaran dan pengembangan bisnis,” imbuh Idawati.
Dikisahkan Andi, setelah lulus kuliah ia memang ingin memiliki usaha sendiri.
Ia ingin menggandeng anak-anak muda kreatif mengelola usaha, tak perlu jauh merantau ke kota besar.
Ia meyakini, di era global seperti sekarang, karya berkualitas akan tetap mendapat perhatian meski berdomisi di kota kecil.
Baca juga: Jadi Ini Alasan Meghan Markle Selalu Gunakan Sepatu Hak Tinggi
Untuk langkah awal, Andi ingin mengembangkan kembali game yang pernah dibuatnya semasa kuliah.
Kala itu, ia membuat game edukasi anak untuk acara kompetisi di ITB.
Namanya Marbel, singkatan dari Mari Belajar Sambil Bermain.
Untuk menarik anak-anak, Andi menggarap Marbel sebagai tokoh kartun berbentuk buku.
Awalnya, konten Marbel adalah pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun.
Mulai dari belajar mengenal huruf, angka, warna, mengenal binatang, dan beragam lainnya.
Baca juga: Syuting dengan Prilly Latuconsina, Rossa Merasa Ada Chemistry, Kenapa ya?
Saat itu, Andi dan Idawati membuat aplikasi berbentuk CD untuk komputer.
“Tapi, bisnis enggak jalan. Saya coba memasarkan ke toko buku besar, namun kalah bersaing,” kata Andi yang semasa mahasiswa pernah jadi juara 3 Pekan Ilmiah Nasional bidang Teknologi Informatika.
Enam bulan melangkah, “Kami hanya dapat pengalaman. Salah satu faktor kegagalan adalah produk Educa Studio kurang dikenal. Makanya, tahun berikutnya kami fokus ingin mengenalkan Educa Studio ke berbagai event. Caranya, ikut ajang kompetisi. Tahun 2012, kami mengikuti lomba tentang game tingkat nasional yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian,” papar Andi.
"Hasilnya, Marbel menyabet juara 2. Karya kami mulai mendapat liputan media,” lanjutAndi lagi.
Baca juga: Bahaya! Inilah 5 Alasan untuk Tidak Memencet Jerawat di Wajah
Karya Andi dan Idawati pun makin dikenal.
Apalagi, mereka juga mengubah konsep bisnisnya mengikuti perkembangan zaman yang kian modern.
Kala itu, Android sedang booming di Tanah Air.
“Momennya pas. Kami membuat platform android yang saat itu belum begitu banyak, dan ternyata biaya marketing tidak besar. Selain itu, karena kami termasuk yang memulai, Marbel langsung dikenal,” ungkap Andi bangga.(*)
(Henry Ismono)