Tetapi larangan ini mendapatkan protes pada mereka yang menyandang disabilitas.
Karena sedotan plastik adalah kebutuhan mereka.
Seorang penyandang disabilitas, Imani Barbarin menuliskan bahwa sedotan awalnya digunakan di rumah sakit utuk memudahkan orang untuk minum, dan kemudian digunakan oleh restoran cepat saji.
(Baca juga: Mi Sagu, Sajian Khas Pekanbaru yang Lezat dan Menggoyang Lidah)
Mereka memprotes larangan ini karena merasa tidak diperhatikan.
Bahan alternatif seperti sedotan dari logam, bambu, pasta, akrilik silikon memang telah ditawarkan untuk mengganti plastik.
Namun hal ini bisa membuat cedera dan tidak bisa diposisikan dengan benar untuk mudah diminum.
(Baca juga: Meski Ada Masanya, Ternyata Ini Penyebab dari Anak Bisa Pubertas Dini)