NOVA.id - Tak ada yang salah dengan diet.
Jika pun diet disalahkan, itu lantaran kita saja yang keliru mengartikan dan memperlakukannya.
Melakukan diet yang sejatinya mengatur pola makan sesuai ukuran dan kandungan gizi, yang terjadi hanya untuk menurunkan berat badan semata.
Demi bodi langsing, dan syukur-syukur terlihat lebih cantik.
Namun, tak ada yang salah juga kita ingin jadi langsing dan lebih cantik, tentunya.
Cuma, kalau untuk menyukseskan niat kita itu, janganlah sampai salah langkah melakukan diet.
(Baca juga: Edukasi dengan Cara Menyenangkan, Ini Kotak Utak-Atik Karya Gatot Indrajati)
Alih-alih ingin tubuh sehat dan ideal, malah membuat kita jadi mudah terkena penyakit.
Jika sudah begini, bisa-bisa sekeluarga jadi kalang kabut mengurus kita.
Lantas, seperti apa diet yang sehat?
Sebelum memutuskan mengambil penawaran program diet, yang semuanya pasti menjanjikan diet sehat, lakukan yang kita paling tahu.
Apa yang kita paling tahu, ya tentunya tubuh kita sendiri berikut riwayatnya kenapa bisa jadi seperti sekarang ini.
Salah satunya, apakah pola makan yang selama ini kita lakoni, ternyata berawal dari pola asuh saat kita masih kecil?
(Baca juga: Wah, Ada Hotel Kapsul Instagramable Bernuansa Budaya Indonesia di Jakarta)
“Misalnya, waktu kecil saat lagi belajar, ibu memberikan kue (untuk penyemangat). Akhirnya terbawa sampai besar. Jadi ketika kita merasa tidak nyaman, lagi stres, (akan) terbiasa memakan makanan yang manis. Itu contoh sederhananya,” kata Tara de Thouars, BA, M.Psi., psikolog klinis yang praktik di LightHOUSE.
Begitu juga dengan kondisi seseorang yang tak bisa mengendalikan nafsu makan mereka, sehingga menyebabkan tubuh menjadi obesitas.
Kebiasaan makan sejak kecil inilah yang sulit diubah ketika dewasa.
Wajar saja, jika ada orang yang tengah mengalami stres, maka mereka lari ke makanan.
Ini jadi masalah setiap orang, terutama masyarakat urban zaman sekarang.
Stres di rumah, pekerjaan, dan lingkungan sosial akan memengaruhi pola makan kita juga.
“Padahal, tubuh itu sudah punya mekanisme tersendiri. Di mana dia akan makan ketika lapar dan akan berhenti ketika kenyang. Dan, seharusnya pola makan yang benar seperti itu,” tambah Tara.
(Baca juga: 3 Rencana Kerajaan Inggris untuk Hentikan Drama Keluarga Meghan Markle)
Oleh karena itu, sebelum memulai diet, ada hal penting yang harus diubah terlebih dahulu, yaitu: pola pikir.
Caranya? Lakukan terapi dengan bantuan psikolog yang salah satunya menggunakan hipnoterapi agar pola pikir terhadap makanan berubah secara perlahan.
Setelah itu dilakukan, kapan waktu yang tepat untuk diet?
Lakukan diet sesuai dengan standar berat indeks manusia.
Kita harus tahu, setiap tubuh sudah diatur dalam Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT), di mana tubuh ideal disesuaikan dengan tinggi badan.
Misalnya, jika tinggi tubuh kita 163 cm, maka berat ideal rata-rata adalah 49,5 kg.
(Baca juga: David Beckham dan Victoria Berada di Lombok Saat Gempa Terjadi)
Jika melebihi ukuran itu, maka tubuh sudah memasuki kategori obesitas.
Nah, jika sudah begitu, tubuh akan mudah terkena risiko penyakit.
Di sinilah kita baru bisa melakukan diet sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Jadi jika masih memiliki berat tubuh ideal,
“Tak perlu diet ketat, yang penting tubuh terjaga dan lebih sehat,” tukas Tara.(*)
(Tentry Yudvi)