Sering Sesak Napas, Ternyata Anak TK Ini Idap Penyakit Imun Langka

By Healza Kurnia, Selasa, 14 Agustus 2018 | 10:05 WIB
Qais Fawwas Abdullah, penderita Primary Immunodeficiency (dok. Pribadi)

NOVA.id - “Pak, kalau sudah besar Qais mau jadi dokter, ya. Supaya bisa menyembuhkan anak-anak yang sakit parah seperti Qais,” begitu mimpi Qais Fawwas Abdullah, penderita Primary Immunodeficiency, seperti diceritakan ayahnya, Zaenal Wahab kepada NOVA beberapa waktu lalu.

Sejak setahun lalu, kondisi Qais terus melemah.

Dia sudah tidak bisa lagi beraktivitas rutin layaknya anak normal seusianya.

Kalau lelah sedikit, napasnya langsung sesak seketika.

(Baca juga: Ingin Sukses Diet Seperti Krisdayanti? Jauhi 5 Makanan Ini Sekarang!)

Seperti orang habis lari jarak jauh saja.

Kalau sudah begitu, tak kuasa aku melihatnya.

Tak hanya sesak, kalau sudah kumat begitu, pasti dibarengi batuk keras yang parah.

Kenapa parah? Karena kalau sudah batuk, tidak akan berhenti-berhenti selama beberapa menit.

Pasti akan membuat perut Qais sakit setelahnya.

(Baca juga: Duh, Kulit Wajah Belang? Atasi Pakai Ramuan Kayu Manis dan Madu, yuk!)

Dia pun akan menangis karena tak kuasa menahan rasa sakit di dada dan perut.

Berat memang penderitaan Qais.

Bukan hanya melawan penyakitnya, tapi juga melawan rasa malu karena dicemooh teman sebaya.

Zaenal menceritakan kejadian tahun lalu, saat Qais sedang sekolah di salah satu TK dekat rumah di daerah Cileungsi, Bogor, tiba-tiba kupingnya mengeluarkan cairan karena inveksi di dalamnya.

Rupanya, hal itu disebabkan batuknya sedang kumat.

(Baca juga: Orang Tua Wajib Tahu Tanda-Tanda Masalah Emosi Pada Bayi, Apa Saja?)

"Jadi, hentakannya sampai ke telinga, lalu cairan infeksi berbau tak sedap itu keluar dari kedua telinganya. Sontak, temannya yang melihat bukan melaporkan kejadian itu ke guru malah mencemooh dan menertawakan anakku," ungkapnya.

Sejak saat itu, Qais jadi takut pergi ke sekolah. 

Berulang kali, Zaenal dan istrinya meyakinkan Qais hingga akhirnya dia kembali mau masuk sekolah.

Tapi, keadaan berkata lain.

(Baca juga: Cantik dan Modis, Yuk Intip Gaya Menantu Lydia Kandau dan Jamal Mirdad)

Semangat sekolah Qais harus pupus, karena kemudian penyakitnya semakin parah.

Sesak dan batuk Qais mendadak parah, hingga dia pun tak kuat berdiri lagi ketika dikelas.

"Aku panik dan langsung ke sekolahnya, kemudian membawa Qais ke rumah sakit terdekat. Dokter hanya mengatakan jika flek paru-paru yang sudah terdiagnosa sejak Qais berusia dua tahun kumat lagi. Tapi, saat mau ambruk saja. Istriku pun hanya bisa menangis mendengarnya. Sejak saat itu, guru menyarankan agar Qais belajar dari rumahsaja, jadi, tak perlu repot-repot ke sekolah," beber Zaenal. 

Sampai saat ini, Zaenal mengaku juga masih bingung, apa penyebab dari sakit yang diderita Qais saat ini.

(Baca juga: Tak Hanya dari Fashion, Sisi Feminin Bisa Ditonjolkan Lewat Rumah Kita)

"Padahal saat masih di kandungan hingga baru lahir, dia tampak sehat. Dia juga doyan makan hingga kini," terangnya.

Hanya saja, tumbuh kembangnya agak lambat.

Berjalan pun baru bisa saat usianya dua tahun.

"Nah, ketika usia dua tahun itulah kejanggalan mulai terasa. Qais sering demam, batuk, dan flu. Napasnya pun sesekali sesak. Saat diperiksakan, diagnosa menyebut jika anakku menderita flek paru-paru," tutur dia.

(Baca juga: Mengapa Miss V Berbau Tak Sedap? Yuk Ketahui 4 Cara Mengatasinya

Saat pemeriksaan di RSCM itulah baru ketahuan lewat diagnosa sementara, dokter bilang penyakit yang ada di tubuh Qais karena faktor genetik yang dibawa dari keturunan antara Zaenal dan istri.

Karena sering sesak, Qais harus menggunakan tabung oksigen. Sehari, bisa hingga satu tabung oksigen ukuran besar. (dok. Pribadi)

"Diperparah lagi, masuknya virus dari lingkungan rumah kontrakanku yang dulu yang terbilang kurang bersih," ungkapnya lemah.

Zaenal mengungkapkan bahwa saat ini Qais sedang rutin terapi menggunakan obat imunoglobulin intravena (IVIg) yang dikonsumsi Qais melalui cairan infus setiap sebulan sekali.

Dalam sebulan, Qais harus menghabiskan empat sampai lima botol obat.

(Baca juga: Demi Ayahnya, Gadis 15 Tahun Ini Rela Menjadi Sapi dan Dinaiki Orang)

Sayang, terapinya tidak dilakukan sejak awal Qais didiagnosa menderita PrimaryImmunodeficiency.

Qais saat dirawat oleh ayahnya. Setiap hari sang ayah harus bergantian dengan istrinya untuk memberikan asupan makanan dan obat (dok. Pribadi)

Sebab, kami tak mampu membelinya saat itu.

Untuk sekali terapi, harus menghabiskan Rp10 juta untuk membeli obatnya.

Sebab, satu botolnya saja berharga Rp2 juta.

"Beruntung sekali akhirnya obat yang dikonsumsi oleh Qais juga berkat bantuan dari para donatur, dan sekarang saya berharap anak saya bisa sembuh total dan beraktivitas seperti anak-anak lainnya," pungkasnya.(*)

(Bagus Septiawan)