Eksis Sejak 1952, Ini Dia Pisang Plenet Legendaris di Semarang, Unik!

By Healza Kurnia, Sabtu, 18 Agustus 2018 | 07:00 WIB
Model camilan pisang plenet di warung angkringan Pak Triyono, Semarang (Maria/NOVA)

NOVA.id - Kalau Sahabat NOVA belum kenal dengan yang namanya pisang plenet, saat melancong ke Semarang, sempatkanlah mampir ke warung angkringan milik Triyono.

Sebab, di kota itu pisang plenet ala Pak Triyono ini jadi kudapan yang paling sering dicari.

Yang menarik, menu pisang yang dalam bahasa Jawa berarti dipencet atau dipipihkan itu sudah ada sejak 1952.

(Baca juga: Ke Istana Negara, Yuk Intip Gaya Terbaik Shandy Aulia Berkebaya Merah!)

Menurut Pak Triyono, jajanan pisang plenet yang melegenda ini menggunakan bahan pisang kepok yang matang pohon.

Pisang jenis itu tidak terlalu lembek, sehingga mudah diplenet.

Sebenarnya cara mengolahnya tak terlalu rumit.

Setelah dikupas, pisang langsung dipanggang di atas bara api.

Kayunya bukan sembarang kayu, melainkan kayu kesambi yang membuat pisang tidak mudah hangus.

(Baca juga: Wow! Ternyata 3 Trik Ini Bisa Bikin Rumah Serasa Hotel Bintang 5)

Setelah dirasa cukup matang, pisang diangkat dan mulai diplenet di antara dua kaca ukuran 15 cm x 15 cm.

Proses pembuatan pisang plenet (Maria/NOVA)

Dengan lihai, Triyono cukup menekan satu kali saja sampai pisang menyebar dan berbentuk bulat pipih sempurna.

Tak sampai di situ, pisang yang telah diplenet ini dipanggang lagi agar matang menyeluruh.

Setelah itu, barulah pisang diberikan varian rasa yang akan menambah kenikmatan.

(Baca juga: Waduh, Ternyata Kopi Bisa)

Di angkringan pisang plenet Triyono ini terdapat beragam rasa seperti selai nanas, gula halus, cokelat, susu cokelat, dan keju.

NOVA sempat mencicipi pisang plenet rasa cokelat dan selai nanas.

Saat pertama kali menggigitnya, tekstur pisang terasa kesat dan legit, namun tidak terlampau manis.

Saat berpadu dengan cokelat yang lumer di dalam mulut dan berbaur dengan rasa asam selai nanas, kita akan merasa ingin makan lagi dan lagi.

(Baca juga: Bak Istana, Intip Hotel Menginap Nia Ramadhani di Jeddah Yuk!)

O, iya. Pisang ini paling enak disajikan panas-panas, makannya di angkringan sambil menikmati suasana kota Semarang.

Triyono, sang penjual pisang plenet, mengaku sudah menjajakan camilan ini sejak dirinya lulus sekolah menengah atas.

Awalnya, dia berjualan pisang plenet sambil berkeliling kota, sampai akhirnya menetap sekitar tahun 1962 di Jalan Pemuda, Semarang ini.

Sebenarnya usaha kuliner pisang plenet ini sudah turun-temurun dijalankan oleh keluarga Triyono.

(Baca juga: Wah, Unggah Foto Saat Gadis, Kecantikan Ashanty Tak Pernah Berubah!)

Sebelumnya Mbah Javar, yang tak lain adalah kakek dari Triyono yang pertama kali menjualnya, lalu diturunkan kepada anaknya Mbah Turdi, baru kemudian kepada Triyono.

Mbah Turdi dan Triyono, generasi kedua dan ketiga pisang plenet (Maria/NOVA)

Nah, Mbah Turdi sampai sekarang pun masih aktif berjualan.

Di usianya yang menginjak 80 tahun, dia masih kuat dan tetap bersemangat menjajakan pisang plenet warisan ayahnya.

Setiap hari Mbah Turdi dan anaknya, Triyono, bergantian untuk berjualan.

Selanjutnya tongkat estafet warisan pisang plenet ini perlahan mulai diperkenalkan kepada anak kedua Triyono yang berniat mengembangkan cabang pisang plenet legenda ini.

“Iya, saya gantian sama Bapak. Kalau saya pagi, habis itu malam digantikan sama Bapak jualannya,” ujar Triyono.

(Baca juga: Definisi Perempuan Merdeka Versi Widi Mulia)

Meski camilan manis ini posisinya mulai tergeser akibat menjamurnya berbagai camilan kreasi masa kini, karena keunikannya, pisang plenet ini telah berhasil mendapatkanruang di hati masyarakat.

Buktinya, masih banyak dicari oleh mereka yang ketagihan.

Bahkan sampai mengantre, terutama saat malam hari.

Angkringan pisang plenet buka mulai pukul 10 pagi sampai 10 malam.

(Baca juga: Biasa Makeup Natural, Titi Kamal Dibikin Menor Tasya Farasya, Cocok?)

Cukup dengan Rp10.000, kita sudah bisa menikmati satu porsi kudapan legendaris dari Semarang ini.

Selain di Jalan Pemuda, makanan dengan nama khas ini bisa ditemui malam hari di kompleks Semawis, Semarang.

Penasaran untuk menikmatinya, Sahabat NOVA?(*)

 

(Maria Ermilinda Hayon)