NOVA.id - Meski saat ini teknologi informasi terus berkembang pesat, ternyata masih banyak perempuan di Indonesia yang sejatinya belum melek terhadap teknologi.
Padahal, peluang seorang perempuan untuk bisa mendapatkan penghasilan yang lebih layak seperti kebanyakan pekerja pada umumnya sangat besar.
Terlebih, saat ini, teknologi bukan lagi pilihan.
Pasalnya, teknologi telah masuk ke berbagai lini kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.
(Baca juga: Sering Dianggap Sepele, Perilaku Tidur Seperti Ini Picu Serangan Jantung!)
"Bayangkan sebuah aplikasi untuk berbelanja barang-barang kebutuhan bayi yang dibuat oleh tim yang didominasi pria. Apakah mereka benar-benar mengerti apa yang dibutuhkan? Bagaimana jika perempuan yang lebih banyak berperan dalam pembuatannya? Why, not gitu lho," beber Anantya Van Bronckhorst, Co-Founder Girls In Tech Indonesia saat ditemui NOVA di kawasan Kuningan siang tadi (21/8).
Perempuan yang akrab disapa Anan tersebut menjelaskan bahwa dirinya memulai memberikan kesadaran tentang pentingnya teknologi kepada para perempuan di seluruh Indonesia pada tahun 2005.
Saat itu, ia telah 3 tahun lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi dan ingin mengabdi di bidang teknologi atau digital marketing.
(Baca juga: 5 Artis Cantik Ini Diundang Upacara di Istana Merdeka, Intip Gayanya!)
Sebelum merintis Girls In Tech, ia memulai sebuah bisnis digital marketing bernama Think.Web digital&technology agency di tahun 2007.
Menurutnya, membangun bisnis adalah awal dari perjalanan panjang.
"Mulai dari menemukan masalah untuk dipecahkan, membangun tim yang tepat, menyusun strategi marketing, hingga merencanakan keuangan dan menjalankan kegiatan operasionalnya," tutur dia.
Anan juga memiiliki tagline dalam berbisnis yakni "seperti ikut lari maraton" lantaran seseorang enterpreneur pasti butuh latihan, mempersiapkan daya tahan tubuh, dan juga tekad yang cukup untuk bisa menyelesaikan lomba.
(Baca juga: Ganteng & Berprestasi, Atlet Hoki Es Ini Ternyata Anak Artis Terkenal)
Hal ini pula yang ia ajarkan dan terapkan dalam organisasi nonprofit yang memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan dengan bantuan teknologi.
"Karena kami tahu bahwa ada yang salah jika hanya 20% perempuan yang berkiprah di industri yang mempengaruhi hidup mereka," tegasnya.
Berawal dari pemikiran tersebut, Girls In Tech mulai mengkampanyekan dirinya sebagai gerakan yang membantu para perempuan-perempuan di berbagai belahan wilayah di Indonesia untuk lebih menguasai dunia teknologi.
(Baca juga: Badai Pasir di Mekah, Asri Welas Rekam Keadaan Hingga Sempat Panik)
"Sebenarnya ketika kami datangi mungkin masih merasa gagap teknologi, namun ketika mereka mulai senang dan bisa menguasai dunia teknologi, mereka tidak bisa lepas dan mulai membangun banyak bisnis startup," terangnya.
Di tahun 2017, Anan dan timnya dari Girls In Tech Indonesia terus berusaha memberikan gambaran yang lebih luas lagi kepada perempuan-perempuan Indonesia tentang bagaimana saja bentuk keterlibatan mereka terhadap teknologi.
"Oleh karena itu, hingga saat ini kami memiliki 2 program dan memisahkannya menjadi dua bagian juga yakni Be a Digital Pro dan Womenpreneur Digital Acceleration program. Program kami ini akan terus berjalan hingga visi dan misi kami benar-benar telah tercapai seluruhnya," paparnya.(*)