Terkena Skoliosis di Atas 17 Tahun Tak Bisa Disembuhkan? Cuma Mitos! Ini Penjelasannya

By Healza Kurnia, Rabu, 22 Agustus 2018 | 16:55 WIB
Ilustrasi penderita skoliosis (istock)

NOVA.id - Di usia-usia kita sekarang ini sakit punggung seperti sudah menjadi bagian dari hidup.

Duduk lama tanpa bersandar, menyikat kamar mandi, dan bawa tas agak berat, dapat menyebabkan sakit punggung.

(Baca juga: Wah Ternyata Ini Kegiatan Jan Ethes Setelah Tonton Opening Asian Games)

Ya, seiring bertambahnya usia, tidak bisa dimungkiri tulang belakang kita mengalami degenerasi.

Jangan dianggap sepele karena jika dibiarkan bisa-bisa tulang belakang akan berubah bentuk hingga menyebabkan skoliosis.

Jika dibandingkan, bahaya skoliosis pada perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki, karena pada perempuan ia juga akan memengaruhi kesuburan.

“Bahaya skoliosis yang utama dari perempuan itu dia akan susah untuk memiliki keturunan, karena berhubungan secara normal enggak bisa, tidur lurus enggak bisa. Kalau hamil, bisa menekan lagi ke tulang belakangnya,” kata Nistriani TP. Kusaly, fisioterapis dari Skoliosis Care.

(Baca juga: Cantik! Begini Penampilan Dinda, Atlet Panah Indonesia Pakai Batik)

Oleh karena itu, bagi perempuan dianjurkan untuk melakukan pengecekan wajib sebanyak dua kali, yakni saat berusia 9-10 tahun dan usia 14 tahun.

Besar kemungkinan anak perempuan menderita skoliosis di usia tersebut.

Jika skoliosis dideteksi sedini mungkin, penderita bisa menghindari gejala-gejala dan kondisi yang lebih parah.

Bagaimana kalau skoliosis dideteksi saat sudah dewasa?

(Baca juga: Dari Anang Hingga Ayu Tingting, Ini Deretan Keluarga Artis dengan Busana Muslim saat Iduladha)

Dulu ada pemikiran bahwa orang yang terkena skoliosis di atas 17 tahun tidak dapat disembuhkan.

Walaupun bisa, pengobatan biasanya berujung di meja operasi alias pembedahan.

Lain dulu lain sekarang.

Seiring berjalannya waktu, kini ada terapi non operasi untuk para pasien dengan kelainantulang belakang ini.

Seseorang yang diduga mengalami skoliosis bisa diberikan pendeteksian akurasi tinggi.

(Baca juga: Ganteng & Berprestasi, Atlet Hoki Es Ini Ternyata Anak Artis Terkenal)

Bila didapatkan tanda–tanda skoliosis, maka dilakukan pengecekan lebih lanjut dengan menggunakan X-Ray.

Setelah itu, penderita bisa diberikan terapi non-operasi yang terdiri dari latihan fisik dengan alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri dan penggunaan penunjang (bracing).

Brace berperan mengoreksi kurva (kelengkungan).

Terutama bagi pasien yang memiliki kurva lebih dari 30 derajat.

(Baca juga: Salaman dengan Presiden, Lindswell Kwok Bawa Pedang Malah Diacungi Jempol!

“Setelah 1 bulan penggunaan, kurva saya turun jadi 30 derajat,” terang Sang Ayu Putu Cynthia Maharani, pasien skoliosis yang juga penari Bali.

Sebenarnya brace (besi penjepit) sudah ada sejak lama dan juga sudah digunakan untuk penanganan skoliosis.

Cuma bentuknya agak “menakutkan” karena berupa besi dengan tali-tali pengikat.

Menggunakannya juga cukup sulit, tak heran banyak yang enggan memakainya.

(Baca juga: Waduh, Raffi Ahmad Kurban Sapi Seberat 800 kg, Sebesar Apa ya?)

Namun sekarang, desain brace sudah tidak terlalu menakutkan lagi.

Sudah begitu, bentuknya pun bisa diatur sesuai bentuk tubuh.

Dalam pembuatan brace, koreksi kurvanya menggunakan komputer 3D, sehingga mampu menyimulasikan posisi kurva.

Alat ini juga dibuat menggunakan metode laser scanner sehingga bisa memastikan bentuknya sesuai dengan derajat dan postur tubuh pasien.

(Baca juga: Nonton Asian Games di Palembang Sekaligus Berlibur ke Sini, yuk!)

Teknologi seperti ini bisa mempercepat proses perbaikan tulang.

“Efektif atau tidaknya brace dapat dilihat dari kualitas desain dan pembuatan brace dan mampu melakukan koreksi atau perbaikan kurva skoliosis. Selain bentuk brace yang ramping, ringan dan kokoh, warna dan desainnya dapat disesuaikan dengan gaya dan selera setiap pemakainya sehingga dapat menambah rasa kepercayaan diri saat digunakan,” ujar Labana Simanihuruk, B.Sc, ahli fisiologi dan anatomi dari Brace & Rehab Clinician.

Tidak ada durasi yang pasti untuk perbaikan tulang.

(Baca juga: Sutradara Mile 22 Tulis Pesan Romantis di Instagram Audy Item, Apa ya?)

Menurut Labana, itu semua tergantung dari faktor genetik, niat, dan kepatuhan dari masing-masing orang.

Jika semua faktor mendukung, pemakaian brace selama dua tahun sudah mampu untuk memperbaiki tulang.(*)

(Maria Ermilinda Hayon/Melissa Tuanakotta)