NOVA.id – Menanti hadirnya buah hati terkadang bisa sangat mendebarkan bagi kita dan suami.
Ada kondisi di mana pasangan tak segera memiliki anak walaupun sudah melakukan beragam cara.
Kondisi tersebut bisa dipengaruhi karena adanya infertilitas yang bisa dialami oleh perempuan maupun pria.
Baca Juga : Bikin si Dia Makin Cinta, Coba Aplikasikan Riasan Ini untuk Kencan dengan Kekasih!
Sementara itu, adapula yang mengalami keguguran saat hamil.
Secara medis, keguguran adalah keluarnya hasil konsepsi atau pembuahan sebelum 20 minggu.
Beberapa kategori keguguran menurut dunia kedokteran adalah gangguan pre-embrionik jika keguguran terjadi kurang dari 8 minggu usia kehamilan, kegagalan embrionik jika keguguran terjadi di antara 8 minggu sampai 3 bulan.
Baca Juga : Tak Perlu Obat! Atasi Flu dengan Konsumsi Makanan Enak Ini agar Cepat Sembuh!
Sementara, bila terjadi ketika masuk trimester kedua antara 3 bulan hingga 20 minggu, disebut kematian janin.
Keguguran bisa dialami berulang atau abortus habitualis, apabila mengalami tiga kali keguguran atau lebih berturut-turut.
Menurut Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), terdapat 15-20% pasien yang mengalami keguguran berulang.
Baca Juga : Sesuai Undang-Undang, Yuk Ganti Kata Difabel Menjadi Disabilitas
Sementara Dr. Ichnandy A. Rachman, Sp.OG., FMAS., CCD., spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA Budhi Jaya mencatat setiap minggunya di rumah sakit tersebut menerima rata-rata 5 pasien baru dengan kasus keguguran berulang.
RSIA Budhi Jaya yang memiliki spesialisasi bidang infertilitas, memiliki program Holistic Infertility Center (HIC) yang melakukan diagnosis menyeluruh pada pasangan suami istri yang ingin memiliki keturunan.
Program ini dikepalai oleh Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG (K-FER).
Baca Juga : Tak Boleh Bawa Kamera, Ini Sederet Aturan Ketat Pernikahan Putri Eugenie!
Keguguran berulang bisa terjadi karena banyak hal.
Pertama, karena masalah genetik seperti kelainan kromosom dari pasangan suami istri yang diturunkan ke bayinya.
Kedua, gangguan hormonal seperti polycystic ovaries (PCOS) yang menyebabkan haid tidak teratur atau berkepanjangan.
Baca Juga : Bikin Gemas, Ini Momen-Momen Putri Charlotte dan Pangeran George di Pernikahan Putri Eugenie!
Ketiga, gangguan autoimmune seperti sindrom antyphospholipid (APS) yang menyebabkan darah kental atau pembekuan darah tidak semestinya.
Keempat, kelainan thrombophilia di mana darah lebih mudah membeku dan terjadi sejak lahir.
Dan terakhir, kelainan anatomi seperti kelainan bentuk rahim dan panggul yang lemah.
Baca Juga : Hadir Lagi, IdeaFest 2018 Hadirkan 6 Anak Muda Inspiratif di LyfeFest!
Penyebab keguguran tersebut bisa diketahui melalui tes darah.
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan antara lain biopsi dari lapisan rahim untuk memeriksa kadar hormon progesteron (hormon yang memastikan embrio tertanam dengan semestinya di rahim) setelah ovulasi.
Selain itu, perlu dilakukan USG dan pemeriksaan dalam, untuk mengetahui adanya kekurangan anatomis.
Baca Juga : Siapa Sangka, Ni Nengah Widiasih Dapat Banyak Medali Justru Akui Pernah Tak Minat dengan Cabor Angkat Berat
Pasangan suami isteri juga bisa memeriksakan apakah ada ketidaknormalan kromosom.
Semakin cepat kelainan-kelainan ini ditemukan, semakin mudah mengatasinya.
“Terdapat juga kondisi keguguran berulang yang tidak diketahui penyebabnya, sehingga perlu melihat ke bagian dalam tubuh, yang dilakukan dengan laparaskopi,” tutur Dr. Ichnandy.
Baca Juga : Kaya Sejak Lahir, Glamornya Penampilan Bupati Minahasa Tak Kalah dari Sosialita Ibukota!
Laparaskopi diagnostik merupakan pembedahan minim invasif untuk memeriksa organ dalam, terutama perut dan panggul yang hanya membutuhkan sayatan kecil antara 5-10 milimeter.
Artinya, risiko perdarahan dan bekas luka operasi dapat diminimalisir sehingga sering juga disebut operasi tanpa luka.
Selain itu, pemulihan peristaltik menjadi lebih cepat karena sentuhan terhadap usus juga minimal, sehingga begitu selesai operasi, gerakan usus bisa cepat pulih.
Baca Juga : Liburan ke Labuan Bajo Wulan Guritno Malah Dinyinyiri Warganet, Kenapa ya?
Dokter yang juga sebagai ahli laparoskopi ini menjelaskan, metode ini bisa mendeteksi beberapa penyebab keguguran seperti distorsi rongga rahim, yang banyak dialami bahkan hingga 10-15% kasus.
Beberapa kasus kelainan bawaan yang menyebabkan keguguran berulang adalah uterus didelpys, bicornis, unicornis, septum uterus.
Selain itu, kelainan seperti sindrom asherman, fibroid dan polip rahim juga dapat didiagnostik dengan laparaskopi.
Baca Juga : Lebih dari Mewah, Rumah Keponakan Alya Rohali, Alika Miliki 2 Ruang Tamu dan Mushola di Atas Air!
Dr. Ichnandy yang mengambil keahlian laparaskopi untuk tatalaksana infertilitas dengan teknik terbaru yaitu single port dan vaginal notes di Belanda ini menjelaskan, metode ini sudah semakin canggih.
Sekitar 5 tahun terakhir, laparaskopi menggunakan teknik satu lubang dari yang sebelumnya tiga lubang.
Laparaskopi dapat dilakukan dengan anestesi lokal (pasien dalam keadaan sadar) atau anestesi umum (pasien tidak sadar).
Baca Juga : Saudara Ratu Menyimpan Dendam pada Putri Diana, Inilah yang Dilakukan saat Upacara Pemakamannya
Kemudian dokter akan membuat sayatan kecil, biasanya di bawah pusar.
Lalu tabung khusus dimasukkan melalui sayatan tersebut untuk mengalirkan gas karbondioksida, yang bertujuan untuk memompa organ.
Pada beberapa kasus, dokter juga menyuntikkan zat pewarna melalui tabung, biasanya pada laparaskopi leher rahim untuk memeriksa tuba fallopi.
Baca Juga : Lahir dari Youtube, Ternyata Ini Impian GAC yang Tak Diduga Sebelumnya
Kemudian video kamera kecil dimasukkan melalui tabung.
Kamera ini digerakkan di dalam tubuh untuk mengambil gambar dari organ dalam.
Hasilnya akan digunakan oleh dokter untuk mencari penyakit atau kelainan pada tubuh.
Baca Juga : Meski Kaya Raya, Yuni Shara Akui Masih Cuci Piring Sendiri, Kok Bisa?
Tergantung pada kondisi setiap pasien, dokter dapat menggunakan alat bedah lain dan membuat sayatan tambahan.
Jika ditemukan masalah tertentu, seperti terjadinya pertumbuhan abnormal, maka dokter akan mengambil sampel jaringan dari lapisan perut untuk dianalisa dengan biopsy.
Untuk mengakhiri pemeriksaan, dokter akan mengeluarkan laparaskop dan alat lainnya, kemudian sayatan dijahit.
Baca Juga : Resmi Menikah, Gaun Pernikahan Putri Eugenie Perlihatkan Bekas Luka di Tubuh
Area pemeriksaan akan diberi perban untuk perlindungan dan kenyamanan pasien selama pemulihan.
Sementara, Dr. Ichnandy melanjutkan, pasangan yang ingin memiliki keturunan bisa melakukan laparaskopi sebagai alternatif sebelum bayi tabung.
Jika belum berhasil, maka prosedur selanjutnya adalah melakukan inseminasi buatan selama 2-4 bulan.
Baca Juga : Nikita Mirzani Ungkap 4 Alasan Kenapa Orang Baik Sering Tersakiti!
Kemudian bila gagal, baru kemudian diarahkan mengikuti proses bayi tabung atau in vitro fertility.
Dr. Ichnandy berpendapat, pasien seharusnya melewati tahapan lapaskopi yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi, sebelum metode bayi tabung.
Selain tingkat keberhasilan, dengan melakukan laparaskopi terlebih dulu, tentunya biaya yang dikeluarkan pasien dengan masalah infertilitas akan lebih rendah dibanding langsung dengan program bayi tabung.
Hal inipun sesuai dengan konsensus yang menyatakan untuk masalah infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya, lihat dulu ke dalam tubuh pasien.
Prosedur seperti ini dilakukan di RSIA Budhi Jaya dalam menangani kasus pasien-pasien dengan infertilitas. (*)