NOVA.id - Area kewanitaan dan sekitarnya, memang hanya untuk konsumsi mata kita dan pasangan.
Tapi, jangan lantaran itu maka Miss V tak dibuat cantik.
Lagian zaman dulu, mungkin sejak masa peradaban Romawi kuno upaya untuk mempercantik organ intim kita ini telah dilakukan.
Zaman now, sudah pastilah.
Baca Juga : Maia Estianty Beri Peringatan Ini pada Orang yang Ingin Jadi Sepertinya
Kita tak perlu repot lagi merebus daun sirih dan setumpuk herbal lainnya kemudian mengasapinya sendiri di sekitar Miss V.
Tapi kini, seperti kita tahu untuk urusan vagina waxing saja bisa kita lakukan di banyak mal.
Selagi si kecil bermain dengan ayahnya, kita bisa santai-santai tiduran sambil dibuatkancantik area vagina kita.
Tapi, apa memang perlu sekali Miss V kita dibuat cantik?
Baca Juga : Hampir Menenggak Racun, Hotman Paris Tak Jadi Bunuh Diri karena Tukang Becak
Yup. Karena cantik kadang dekat juga dengan sehat.
Lagian, wajah yang tak satu pun bentuknya sama perlu dibikin cantik masa vagina yang bentuknya nyaris persis dibiarkan seadanya?
Walaupun perlu membuat Miss V jadi cantik, jangan langsung cepat tergiur dengan berbagai tawaran.
Karena, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam cara merawat yang baik dan benar agar tidak menimbulkan efek berbahaya.
Baca Juga : Niat Menolong Ibu Hamil, Perempuan Ini Menyesal Ketika Tahu Fakta di Baliknya
Misal, perawatan daerah kewanitaan yang sedang hits di kalangan milenial saat ini, yakni vagina waxing.
Sebenarnya ada pro kontra soal vagina waxing ini.
Masalah mengenai higienitas dari alat-alat yang digunakan dalam teknik perawatan ini sering dipertanyakan.
Apakah alat digunakan sekali pakai atau alat yang digunakan dipakai ulang?
Baca Juga : Mewah dan Elegan! Kate Middleton Kenakan Perhiasan Favorit Putri Diana Berusia 104 Tahun
Apakah alat tersebut disterilkan atau tidak?
Karena, bisa saja ada penyakit-penyakit kulit dan penyakit seksual menular yang bisa menular lewat alat waxing tersebut, jika dipakainya bersama.
Juga, obat/chemicals yang digunakan bisa menimbulkan iritasi di daerah kewanitaan jika tidak cocok.
“Semua penyakit kulit yang bisa menular lewat kontak, bisa ditularkan. Misalnya, jamur atau bakteri-bakteri yang bisa menular lewat kontak seksual, juga bisa ditularkan dengan vagina waxing atau alat yang tidak steril atau bahannya yang tidak steril,” jelas dr. Ferry Darmawan, SpOG., dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.
Baca Juga : Mencoba Selamatkan Diri, Perempuan Ini Tak Pejamkan Mata Saat Tergulung Tsunami Palu
“Lagipula, sebenarnya rambut-rambut pubis di daerah kemaluan itu masih ada fungsinya, salah satunya adalah untuk menjaga agar di daerah situ kelembapannya tetap pas, tidak terlalu kering tidak terlalu basah. Jadi sebenarnya tidak perlu dicukur habis. Jika mau dirapikan bisa di-triming atau dipotong dengan gunting yang bersih dan pemakaiannya secara personal saja, sudah cukup,” tambahnya.
Selain itu, berbagai treatment tersebut nyatanya tidak banyak manfaatnya secara medis.
Belum teruji secara medis.
Akan tetapi, karena begitu gencarnya promo metode ini, sebagian kita menganggap melakukan itu seolah sudah jadi suatu gaya hidup baru.
Baca Juga : Nyanyikan Lagu Akad, Suara Hati Sule dengan si Sinden Cantik?
“Misalnya kayak ratus atau vagina spa, kan juga tidak ada pembuktian medisnya tentang manfaatnya. Manfaatnya itu jadi lebih subjektif, artinya mungkin perempuan bisa menjadi lebih percaya diri karena dibersihkan, diuapkan. Padahal enggak ada indikasi medisnya,” ungkap dr. Ferry.
Namun, perawatan ini tetap diperbolehkan, kok, secara medis dan ada juga dokter yang menanganinya.
Baca Juga : Berkaca dari Titi Qadarsih, Kebiasaan Makan Sepele Ini Picu Kanker Usus!
Lagi pula, perawatan ini dilakukan untuk kecantikan dan estetika, jadi hal ini dikembalikan pada diri perempuan masing-masing.
“Tidak ada indikasi atau anjuran dari kedokteran untuk melakukan atau melarang vagina waxing dan teman-temannya,” tutup dokter kita ini.(*)
(Maria Ermilinda Hayon)