Mindaryoko, Bussines Support Manager JOB PTJM mengatakan program CSR yang dijalankan memang dirancang untuk menunjang kehidupan Suku Anak Dalam.
Sejak Sekolah Apung ada, kata Mindaryoko, para pekerja di kantornya sering berkunjung ke perkampungan ini, ingin ikut mengajar atau berbuat apa saja yang bisa membantu.
Menurut Reny, selain membuka pikiran Suku Anak Dalam tentang perkembangan dunia, semua pihak juga punya tanggung jawab yang sama untuk membuka diri, melihat Suku Anak Dalam secara setara.
Baca Juga : Gading Marten Menang Piala Citra: Piala Ini Mau Saya Bawa Tidur Dulu!
Baginya anak-anak Suku Anak Dalam memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan bermimpi layaknya anak-anak di kota. Tahun depan, enam orang murid Sekolah Apung akan mengikuti ujian paket untuk mengambil ijazah setingkat Sekolah Dasar.
Sayangnya, di tahun depan juga, Reny harus pamit meninggalkan rimba, Sekolah Apung, dan murid-muridnya tercinta. Dia harus sekolah mengejar gelar Master di bidang Pengembang Sosial di University of Melbourne pada Juli 2019.
Putri, relawan yang siap menggantikannya telah sebulan lebih tinggal di rimba. “Pengajar juga harus menambah ilmu,” katanya.
Baca Juga : Perempuan yang Sukses Karir Rentan Gagal dalam Jalinan Asmara, Benarkah?
Keduanya tergabung dalam komunitas Sobat Eksplorasi Anak Dalam (SEAD).
Organisasi ini digandeng oleh CSR JOB PTJM untuk menanamkan pendidikan yang didukung oleh fasilitas penghidupan yang layak bagi Suku Anak Dalam.
Bagi Reny tidak ada yang lebih membanggakan selain melihat anak-anak ini bisa memiliki pilihan dalam hidup. “Sekarang mereka semua sudah punya cita-cita. Tugas kita untuk membantu,” ujarnya menahan air mata. (*)
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR