NOVA.id – Sahabat NOVA pernah dengar buah ceplukan?
Buah ceplukan ini mungkin biasa kita temukan dan tumbuh liar di lahan kosong, seperti di pekarangan rumah.
Siapa sangka, buah yang dulu sering diabaikan ini ternyata punya harga selangit.
Baca Juga : Jangan Salah! Ini Dia Cara Menggoreng Makanan yang Tepat Agar Tetap Sehat
Dilansir dari Intisari, di Bruneri satu biji buah ceplukan ini bisa dihargai sekitar Rp10.000.
Sedangkan di pusat perbelanjaan ibu kota harganya bisa mencapai Rp500 ribu perkilonya.
Buah ini punya beragam panggilan berbeda pada tiap daerat di Indonesia.
Baca Juga : Foto Akta Pernikahan Tersebar, Benarkah Aura Kasih dan Pacar Bulenya Telah Resmi Menikah?
Di Bali, buah ini biasa disebut dengan ceplukan.
Berbeda dengan Bali, masyarakat Madula lebih mengenal buah ini dengan sebutan nyor-nyoran, sedangkan Jawa Barat cecenetan, di Jawa Tengah ceplukan, dan masih banyak lagi nama daerah lainnya.
Meski banyak tumbuh di Indonesia, buah ceplukan ini ternyata bukan asli tanaman Indonesia.
Baca Juga : Terungkap, Ternyata Ini Alasan Herman Seventeen Ciptakan Lagu Berjudul Kemarin
Buah yang punya harga tinggi ini berasal dari Amerika tropika.
Selain bentuknya yang unik, buah ini juga punya segudang manfaat bagi kesehatan tubuh.
Ceplukan bisa dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik.
Baca Juga : Mengenang Dylan Sahara, Inilah 5 Momen saat Dylan Memandu Program TV
Selain itu buah ini juga dapat digunakan sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh serta anti tumor.
Tak jarang orang memanfaatan ceplukan sebagai bahan obat tradisional, seperti obat untuk diabeter mellitus, ayan, borok, bisul, influenza hingga sakit tenggorokan.
Baca Juga : Liburan ke Austria, Anang Ashanty Pilih Duduk Bareng ART di Pesawat Kelas Ekonomi
Wah dibalik harganya yang tinggi, buah ceplukan ternyata punya beragam manfaat ya Sahabat NOVA.(*)
Source | : | intisari |
Penulis | : | Alfiyanita Nur Islami |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR