NOVA.id - Menjadi seorang penyandang disabilitas tentu memiliki keterbatasan tersendiri.
Namun sayangnya, penyandang disabilitas masih kerap dipandang sebelah mata, bahkan dikucilkan dan bukannya diberi dukungan.
Stigma seperti itulah yang ingin ditepis oleh Ucu Agustin, sutradara dari film dokumenter Menggapai Bintang.
Ucu Agustin bercerita pada Tim NOVA, bahwa film dokumenternya kali ini berawal dari hal sederhana.
Ketika dirinya melihat 2 remaja perempuan, yakni Salsa dan Dea yang sama-sama seorang tunanetra bersahabat, namun hidup di benua yang berbeda.
"Awalnya aku nggak kenal Dea. Kebetulan, aku ikut suami ke Washington DC dan aku dikenalin ke mamanya Dea oleh temanku," ujar Ucu pada Tim NOVA yang ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (06/09).
Baca Juga: Nia Daniaty Alami Kecelakaan hingga Tak Bisa Bicara, Sang Manajer Beberkan Kronologisnya
Di sanalah Ucu melihat keseharian Dea selayaknya remaja biasa dan bahkan menjadi seorang pembicara dalam sebuah acara.
"21 Oktober 2017, mamanya Dea ngajak aku dan teman-temannya 2 orang untuk ke acara di mana Dea menjadi pembicara.
"Jadi kalau di sana (Amerika Serikat) itu, anak-anak yang tidak bisa lihat, suka dijadiin narasumber.
Baca Juga: Ruben Onsu Dituding Jadikan Betrand Peto Tumbal Teror Mistis, Paranormal Ungkap Fakta Sebenarnya
"Guru-guru yang akan menjadi pembimbing khusus ini ngedengerin apa kebutuhanmu, kekurangannya apa. Hari itu aku mulai lihat Dea dan berpikir, gue harus melihat sesuatu nih," ujar Ucu Agustin.
Setelahnya, Ucu dikenalkan dengan Salsa, teman Dea yang berada di Indonesia. Ternyata, Dea dan Salsa sering melakukan facetime atau video call untuk sekedar ngobrol kegiatan masing-masing.
Dari sanalah tercetus untuk membuat sebuah film sederhana yang menceritakan persahabatan antara Dea dan Salsa.
Baca Juga: Mantan Suami Ria Irawan Dulu Selalu Siapkan Air Panas untuk sang Istri, Kenapa ya?
Terlebih, Ucu mempunyai perasaan yang "berbeda" ketika melihat anak tunanetra yang berada di Amerika Serikat dan di Indonesia.
"Dea dan teman-temannya sama sekali tidak seperti orang yang tidak bisa melihat. Kayak remaja biasa aja.
"Dan perasaan ini beda dengan perasaan atau kesan yang aku dapat di dadaku kalau aku lihat anak tunanetra di Indonesia. Kok beda ya rasanya.
Baca Juga: Dituding Jadi Pelakor dalam Hubungan Raffi Ahmad, Asha Shara Beri Jawaban Tegas
"Kalau di sini aku melihatnya kayak "kok sedih", kalau di sana tuh kayak biasa aja. Cuma fisik aja," ungkap Ucu.
Atas dasar itulah Ucu Agustin menyutradarai film dokumenter Menggapai Bintang.
Film dokumenter Menggapai Bintang ini menceritakan tentang persahabatan dua gadis buta yang berteman sejak kecil bernama Salsa dan Dea.
Baca Juga: Adelia Pasha Kisahkan Perjuangannya yang Ingin Punya Anak Perempuan: Mau Kayak Boneka
Keduanya kini berusia 18 tahun dan hidup di benua yang berbeda. Tak cuma tinggal di benua yang berbeda, keduanya pun menghadapi tantangan dan pengalaman yang berbeda untuk akses pendidikan mereka.
Melalui film ini Ucu ingin mengajak kita untuk melihat bahwa para penyandang disabilitas ini ada di sekitar kita yang membutuhkan bantuan kita, sebagai orang yang lebih sempurna.
Baca Juga: Anak dari Istri Muda Kiwil Sakit, Istri Pertama Justru Ungkap Tak Pernah Lupakan 3 Hal Ini
Juga, sekolah-sekolah yang menerima para penyandang disabilitas ini untuk memberikan fasilitas yang lebih memadai sehingga mereka dapat mengikuti proses belajar-mengajar layaknya murid lain yang lebih sempurna.
Di sisi lain, dari film ini pun diperlihatkan bahwa dengan keterbatasan tertentu, mereka tetap bisa beraktivitas layaknya orang lain yang lebih sempurna, bahkan mencapai apa yang dicita-citakan.
"Kegelapan itu cuma urusan fisik dan itu nggak menghalangi kita untuk berbuat apa saja selayaknya orang lainnya," pungkas Ucu. (*)
KOMENTAR