Membumikan Fashion
Ya, saat pakaian sudah diproduksi secara massal, itu akan memberikan pengaruh besar terhadap kualitas dan pekerja fashion itu sendiri.
Tak hanya itu, retail fashion itu sangat lekat dengan pemakain bahan seperti polyester, yang berasal dari plastik.
Bahan tersebut menurut Chitra Subiyakto, Art Director Sejauh Mata Memandang, tidak bisa hancur sehingga menambah limbah fashion yang sudah menumpuk.
Baca Juga: Lewat Semangat Masa Muda, Bonolo dan Kasual Rayakan Hari Sumpah Pemuda
“Adanya slow fashion juga membuat fashion seperti manusia. Fast fashion itu bisa 3 bulan sekali ganti tren, orang juga sering ganti baju buat konten di Instagram. Slow fashion itu menyadarkan kita semua untuk bernapas dan step back,” jelasnya.
Sebab, saat brand memilih untuk memproduksi slow fashion, maka dia harus berdamai dengan musim.
Sebab, musim adalah tanda jika busana yang diproduksi oleh brand itu harus ganti, sesuai dengan musimnya.
Dari sanalah, tren fast fashion pun berganti-ganti sesuai dengan empat musim yang ada di dunia yakni kemarau, semi, dingin, dan hujan.
Baca Juga: Bikin Beda JFW 2020, Tinkerlust Hadirkan Parade Busana Upcycling
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR