NOVA.id - Akan seperti apa tren fashion di tahun 2020?
Satu hal yang pasti, tanpa disadari kebiasaan kita mengoleksi pakaian atau belanja kosmetik memberi sumbangan serius bagi kerusakan lingkungan, yang mungkin akan berlanjut hingga tahun 2020.
Coba kita ingat-ingat, berapa banyak pakaian yang memenuhi lemari kita?
Lalu, berapa banyak lipstik, blush on, atau eye shadow yang kita beli dalam 3 bulan terakhir?
Jika jawabannya “cukup banyak” atau “banyak sekali”, tampaknya kita perlu mulai mengevaluasi kebiasaan selama ini.
Baca Juga: Intip Tips Perencanaan Keuangan Keluarga Ini Biar Tak Kehabisan Uang di Akhir Bulan
Dari proses pembuatannya saja, pakaian dan kosmetik sudah menghasilkan limbah.
Lalu, ini masih ditambah dengan limbah dari pakaian dan kosmetik tak terpakai yang semakin menggunung.
Semua akibat perilaku kita yang terlalu sering berbelanja. Oh, no! Lantas, bagaimana?
Baca Juga: Tak Perlu Uang Jutaan, Kita Bisa Mulai Investasi dengan 10 Ribu Rupiah Saja
Tren Fashion
Pertumbuhan industri fashion terus meningkat karena masyarakat semakin sadar mengenai eksistensi fashion sebagai sebuah kebutuhan dan gaya hidup.
Data tahun 2015 mencatat bahwa pertumbuhan fashion secara global meningkat rata-rata sebesar 8 persen dari tahun sebelumnya.
Demi mengikuti tren, sebagian besar orang hobi berbelanja baju.
Baca Juga: Mengenal Slow Fashion, Cara Kekinian untuk Kurangi Limbah Fashion
Program diskon dari online shop plus (ehem, ingat Harbolnas kan?) kebutuhan untuk konten media sosial membuat permintaan akan pakaian semakin tinggi.
Ya, demi konten yang mumpuni, ada saja orang yang tak mau pakai baju yang sama kedua kalinya untuk diunggah di media sosial, bukan?
Buku Indonesia Trend Forecasting 2019/2020 juga menyinggung bahwa kemajuan teknologi memicu perkembangan di berbagai sektor industri, termasuk fashion.
Lalu, muncul lah istilah fast fashion!
Baca Juga: Jual Beli Barang Preloved Fashion Bisa Selamatkan Bumi dan Kantong! Coba Lewat Platform Ini yuk!
Fast fashion adalah sebutan untuk pakaian yang diproduksi dengan cepat (demi mengikuti tren), dengan harga murah, juga sering kali tidak memerhatikan kualitas produk dan bahkan upah bagi para pekerjanya.
Tapi tahukah kita, bahwa perilaku ini sangat tidak ramah lingkungan?
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan jika industri mode merupakan pengguna air terbesar di dunia.
Baca Juga: Limbah Fashion Mengancam, Teknik Upcycling Jadi Solusi Andalan
Selain itu, sekitar 20% air limbah secara global juga jadi hasil pembuangan industri fashion.
Bahkan, industri mode melepaskan setengah juta ton serat mikrosintetis ke laut setiap tahunnya.
Hal ini menjadikan limbah fashion menjadi limbah terbesar kedua setelah industri minyak dan gas.
Baca Juga: G-Shock GA-140, Bawa Nuansa Musik 90-an ke Gaya Hidup Masa Kini
Shocking fact, kan, Sahabat NOVA?! Dari sinilah lalu muncul lawannya fast fashion, yaitu slow fashion.
Riset ini digarap oleh beberapa desainer Tanah Air dan mengembangkan gerakan slow fashion sebagai antitesis dari keberadaan fast fashion.
Bahkan, slow fashion menjadi tema pada Indonesia Fashion Week, Maret 2019 lalu, dan juga salah satu fokus dalam pagelaran Jakarta Fashion Week 2020 (JFW 2020) yang baru saja berakhir.
Mengangkat slow fashion tentu bukan sekadar konsep instan, melainkan diracik untuk menanggulangi ancaman dengan adanya perubahan tren gaya hidup dalam balutan yang tetap stylish tanpa mengorbankan lingkungan.
Sebenarnya, bagaimana penerapan slow fashion?
Baca Juga: Desainer Ini Hadirkan Le Noir dengan Konsep Busana Serba Hitam di IMF 2019
“Slow fashion itu baju-baju yang diproses dengan benar.
"Dengan benar dalam artian kualitasnya harus bagus, sehingga lebih awet serta ada cerita di belakang baju itu yang lebih bermakna, menyejahterakan karyawan, dan tidak membahayakan lingkungan.
"Slow fashion diharapkan bisa menyelesaikan problematika yang ada di masyarakat. Namun, juga tidak boleh merugikan perusahaan,” jelas Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC).
Maka itu, slow fashion juga erat kaitannya dengan keberadaan dan perkembangan brand-brand lokal.
Baca Juga: Bawa Unity In Diversity di JFW 2020, Barli Asmara Ajak Daliatex hingga Meldi Rosdianti berkolaborasi
Menurut Ali, dalam slow fashion itu diharapkan kita juga tidak gila belanja.
“Walaupun jarang belanja, tapi sekali belanja yang benar, maka lebih menguntungkan.
"Biasanya beli baju 10 kali, sekarang beli 5 kali tapi ke brand lokal, maka sudah sangat mendukung slow fashion ini,” lanjutnya.
Well, dari konsep ini, setidaknya ada tiga padanan fashion yang dipengaruhi, yakni bahan, warna, dan teknik pembuatan seperti teknik upcycling (daur ulang) yang mulai gencar dan marak diminati.
Baca Juga: Bikin Beda JFW 2020, Tinkerlust Hadirkan Parade Busana Upcycling
Tren Beauty
Sejalan dengan industri fashion, dunia beauty pun mengalami hal yang sama.
Ya, bagaimana tidak, coba lihat meja rias kita, ada berapa banyak lipstik di sana?
Unsur coba-coba, diskon online shop, dan bahkan mungkin pengaruh influencer membuat kita berlaku konsumtif dan boros dalam penggunaan makeup dan skin care.
Baca Juga: Tengah Tren, Ini Cara Tepat Memilih Serum agar Hasilnya Maksimal
Berapa yang sering kita pakai?
Atau bahkan mungkin ada makeup dan skin care yang sudah kedaluwarsa karena jarang dipakai?
Ujungnya, pasti jadi limbah, bukan?
Untuk alasan inilah, dunia kecantikan di tahun depan juga akan lebih peduli pada lingkungan. Salah satunya dengan menerapkan konsep praktis dan multifungsi.
Baca Juga: Wajah Cantik Sesuai Keinginan Tanpa Harus Operasi, Ini 3 Caranya
Contohnya, dengan makin diusungnya makeup one for all yang praktis untuk menekan limbah mikroplastik yang dihasilkan oleh produk kecantikan.
Selain itu, penggunaan bahan pun semakin less chemical dan beralih pada bahan natural seperti ekstrak oil dari kelapa.
“Sudah mulai ngetren dan akan tetap terus ngetren multifungsi produk.
"Makeup natural juga menjadi tren di 2020. Jadi, itu kan enviromental friendly.
"Enggak cuma produknya sendiri tapi isinya juga yang sudah mulai dikurangi bahan kimianya,” ujar Archangela Chelsea, makeup artist profesional, yang sering mendandani Agnez Mo.
Nah, soal look makeup, tampilan natural dengan kesan cream skin akan diminati di tahun depan.
Meski begitu, ada dua aliran natural makeup yang akan ngetren, lho.
Penasaran?
Simak ulasan lebih lengkapnya di Tabloid NOVA 1654, ya!(*)
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR