NOVA.id - Menjadi single parent sudah pasti membuat kita mengeluarkan banyak kebijakan terkait kehidupan keluarga.
Termasuk di dalamnya masalah kesejahteraan finansial.
Sebagai nahkoda keluarga yang utama dan satu-satunya, ada banyak pembiayaan yang harus kita genapi setiap bulannya.
Syukurlah jika kita sudah menemukan pekerjaan sebagai sumber pemasukan dana.
Baca Juga: Jadi Single Parent? Tenang, Lapangan Pekerjaan Terbuka untuk Kita
Kini tugas kita selanjutnya adalah mengelolanya dengan tepat dan cermat.
Meski sulit, bukan berarti tak bisa, bukan?
Wajar jika ada tantangan, toh, namanya hidup dan belajar.
Nah, agar tak keteteran, ikuti langkah pintar atur uang keluarga untuk single parent ini.
Baca Juga: Sepuluh Tahun Jadi Single Parent, Rossa: Aku Terbiasa Mandiri dan Membiayai Diri Sendiri
Utamakan Dana Darurat
Sebenarnya, pembagian dengan sistem 40-20-30-10 dalam pengeluaran per bulan sudah sangat ideal kita lakukan.
Namun, jika memang kita bisa dan mau untuk berhemat, komposisi dari pos dana tabungan bisa diperbesar.
Nah, di dalam alokasi tabungan ini ada yang namanya dana darurat. Ini adalah hal penting yang wajib ada, khususnya bagi kita para single parent.
Baca Juga: Sudah Jadi Single Parent Sepuluh Tahun, Kuncinya Bagi Rossa: Jangan Sampai Merepotkan Orang Lain
“Ini, kan, single parent, jadi yang penting dana darurat dulu. Sebab, kita tidak tahu ke depan anak-anak kenapa atau gimana. Belum lagi kalau orangtua juga butuh uang. Jadi, dana daruratnya dikejar dulu, benar-benar dikejar,” ujar Tejasari, pakar keuangan, saat ditemui NOVA.
Ya, dana darurat adalah sejumlah dana yang khusus kita alokasikan dan dipakai ketika mengalami situasi darurat.
Seperti anak sakit, mengalami kecelakaan, atau mungkin kita harus berhenti dari pekerjaan yang dijalani karena sakit, misalnya.
Baca Juga: Jadi Single Parent dan Sibuk Kerja, Rossa: Anak Bukan Cuma Dibiayai, tapi Diperhatikan Juga!
Nah, idealnya pos dana ini diisi minimal 10 persen dari pendapatan tiap bulannya.
Kalau pendapatan kita Rp10 juta, berarti dana daruratnya Rp1 juta.
Makin besar, tentu makin baik.
Baca Juga: Bagi Single Parent, Pahami 5 Tips Pola Asuh Anak yang Tepat Ini
Tapi, tetap melihat keseimbangan dana dengan pos yang lain, ya.
Lantas, di mana sebaiknya kita menyimpan dana darurat?
Pastinya, wajib menabung dana darurat di rekening yang memiliki ATM agar mudah diakses saat dibutuhkan.
Baca Juga: Perempuan Punya Power Atur Uang, 5 Tips Perencanaan Keuangan ketika Jadi Single Parent
Tapi, kita juga bisa membagi dana darurat dalam deposito atau investasi emas.
Misal, kita mengumpulkan dana darurat Rp15 juta dengan pembagian Rp5 juta di rekening dan Rp10 juta dalam deposito, yang penting wajib ada dana tunai yang bisa dipergunakan.
Selain itu, penting juga untuk memisahkan rekening tabungan untuk dana darurat dengan rekening kebutuhan harian.
Baca Juga: Jadi Single Parent, 5 Perempuan Hebat Ini Ada di Balik Sosok Artis Beken Internasional
“Karena kalau enggak nanti bisa tercampur. Jadi, kok, kayaknya saldonya ada terus atau nanti, ah pengen pakai sedikit dulu, jadinya malah kepakai terus. Maka itu, yang namanya tabungan anak-anak, masa depan, dana darurat, wajib benar-benar dipisah dari tabungan yang kita pakai untuk kebutuhan sehari,” jelas Teja.
Setelah dipisah, cara berikutnya kita bisa melakukan trik atur keungan dengan amplop mingguan agar tabungan dana darurat tetap aman.
Caranya, kita bisa menarik uang dari pendapatan bulanan dan membaginya dalam empat minggu, dengan nominal yang sama banyak.
Baca Juga: Kehidupan Asmara Ketika Jadi Single Parent, Anak Ingin Kita Tahu 5 Hal Ini
“Ya, karena kalau di ATM kadang enggak terasa, ya. Lama-lama tabungan menipis, pasti enggak bagus buat kesejeahteraan keuangan. Kalau pakai amplop bisa di-manage, buka setiap minggu, kalau isi amplopnya habis, ya, tunggu buka amplop minggu depan,” ujar Teja.
Tentu pembagian amplop ini bisa dilakukan saat segala macam tagihan seperti cicilan rumah, tagihan air dan listrik, dan biaya sekolah sudah selesai dibayarkan di awal bulan, serta telah menyisihkan sebagian untuk dana darurat.
Jadi, yang diatur dan dibagi empat murni uang kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pribadi.
Baca Juga: Berpisah dari Gading Marten, Gisella Anastasia Tak Mau Disebut Single Parent, Kenapa?
Pilah dan Beli
Selain dana darurat, asuransi juga penting untuk dipikirkan.
Yap, jika biasanya suami yang menjadi pionir dalam urusan asuransi, maka kini saatnya kita yang menjadi tiang utama.
Khususnya soal asuransi kesehatan keluarga yang penting dimiliki di awal fase Kita menjadi single parent.
Baca Juga: Betah Menjadi Single Parent, Tamara Bleszynski Ungkap Isi Hatinya: Karena Aku Harus Berjuang
“Asuransi lebih kepada yang paling penting seperti BPJS kesehatan. Dari awal sudah dipikirkan dan di-planning. Kalau emang benar-benar enggak mampu, bisa diurus untuk dapat yang free. Intinya di awal harus sudah punya asuransi kesehatan, minimal BPJS kelas III,” jelas Teja.
Apa cukup dengan asuransi kesehatan, saja?
Tentu tidak.
Baca Juga: Berjuang Jadi Single Parent Namun Dibenci Anaknya, Elly Sugigi: Jangan Paksa Dia Lihat Mayat Aku
Tapi, bukan berarti di awal kita menjadi single parent wajib mengambil semua jenis asuransi, ya.
Asuransi tambahan lain bisa perlahan dibeli setelah kondisi keuangan keluarga kita perlahan-lahan mulai terbangun dan stabil.
Nah, kuncinya ada di dana darurat.
Baca Juga: Berjuang Jadi Single Parent Namun Dibenci Anaknya, Elly Sugigi: Jangan Paksa Dia Lihat Mayat Aku
Menurut Teja, setelah dana darurat sudah terkumpul minimal tiga kali dari biaya pengeluaran per bulan, baru kita bisa mengambil tambahan asuransi hingga mencoba investasi dari dana darurat yang sudah dipecah-pecah.
Contohnya, kalau pengeluaran per bulan Rp7 juta, berarti dana darurat harus terkumpul sampai Rp21 juta, baru kita bisa mengambil asuransi tambahan.
“Makanya, dikejar dulu dana daruratnya sampai tiga kali pengeluaran. Setelahnya, barulah kita mulai berpikir alokasi untuk beli asuransi jiwa agar anak-anak aman kalau kita kenapa-kenapa, terus dana pendidikan mereka, mau naik haji, investasi, dan lain sebagainya,” jelas Teja
Baca Juga: Single Parent Selama 11 Tahun, Yuni Shara: Jangan Pernah Malu Jadi Janda!
Tapi, kalau dana darurat belum terkumpul, belum ada atau belum cukup, baiknya kita fokus pada pemenuhan dana darurat hingga tiga kali biaya pengeluaran bulanan dan asuransi kesehatan itu saja.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR