Selama ini yang menjadi rujukan dalam iklan adalah etika pariwara.
Tapi di etika pariwara hanya mengatur bahwa iklan SKM harus menyebutkan kandungan-kandungannya.
“Selama ini saya cermati dari tampilan visual iklan SKM di televisi, seringkali tidak menyebutkan seluruh kandungannya secara lengkap. Misalnya kandungannya ada 7 tapi yang ditampilkan hanya 3. Yang positif saja disebutkan, misalnya nutrisinya,” tegas Nuning.
Tapi keterangan tentang jumlah gula yang terkandung di dalam SKM justru tidak dijelaskan sama sekali.
Baca Juga: Awas Jangan Sampai Salah, Ini Bedanya SKM dan Susu Murni yang Baik untuk Anak
Seharusnya informasi tersebut disampaikan semuanya, tidak ditutupi. Karena bila tidak, informasinya bisa berpotensi menyesatkan.
Tantangan dalam beriklan disampaikan Nuning justru menjadi PR pada creator iklan.
Jika selama ini susu kental manis selalu digambarkan dalam lingkup keluarga, yang pada akhirnya mengakibatkan salah persepsi di masyarakat, maka seharusnya selanjutnya visual iklan susu kental manis ditampilkan dalam nuansa kebersamaan di kafe ataupun tempat-tempat berkumpul kalangan muda.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR