NOVA.id - Sejak berdiri tahun 1999, semangat sustainability atau berkelanjutan sudah menyala dalam DNA YCAB Foundation (Yayasan Cinta Anak Bangsa).
Sebagai sebuah organisasi, YCAB percaya harus menjadi mandiri agar mampu memandirikan para penerima manfaat yang menjadi fokus pemberdayaan, yaitu anak muda dari keluarga prasejahtera.
YCAB terus memantapkan posisi menjadi perusahaan sosial (social enterprise) dengan mendirikan beberapa unit bisnis yang tergabung dalam PT Modal Ventura YCAB yang dikenal dengan YCAB Ventures.
Program pemberdayaan ekonomi melalui YCAB Ventures dilakukan dengan memberikan pinjaman modal usaha ultra mikro kepada ibu-ibu prasejahtera guna meningkatkan perekonomian keluarganya sehingga pendidikan anak-anak mereka terjamin.
Selama periode peminjaman, anak dari para ibu ini dilarang putus sekolah.
Ini yang membedakan YCAB dibandingkan Lembaga kredit ultra mikro pada umumnya.
Karena YCAB percaya bahwa pendidikanlah yang dapat memotong siklus kemiskinan secara berkelanjutan.
Baca Juga: SweetEscape Siap Abadikan Momen Berhargamu di Libur Akhir Tahun
Total aset YCAB Social Enterprise pada tahun 2018 adalah sebesar 152,25 miliar rupiah.
Strategi shared services dengan unit-unit bisnisnya telah memampukan YCAB mengalokasikan 100% donasi publik untuk langsung mendukung program-programnya dan memberikan dampak bagi para penerima manfaat.
Secara sederhana, keseluruhan strategi YCAB diciptakan agar dapat secara berkelanjutan memandirikan para penerima manfaat.
Kisah transformasi kehidupan para penerima manfaat yang menjadi lebih berdaya merupakan bahan bakar yang terus memompa semangat YCAB dalam membuat perubahan.
Mereka yang tidak cuma menerima bantuan, tapi gigih berupaya mengubah jalan hidupnya menuju kesejahteraan yang diimpikan.
“Kami hanya dapat menolong mereka yang mau menolong dirinya. Mereka harus turut berusaha karena kemiskinan itu mahal. Mahal bagi mereka, juga mahal bagi negara. Oleh karena itu, kita semua harus berjuang bersama,” ungkap Veronica Colondam, CEO dan Founder YCAB Foundation.
Program ini diinisiasi Veronica, karena pengalamannya yang pernah merasakan hidup serba kekurangan.
Baca Juga: Philippine Womens Association Bantu Korban Gempa Lombok
“Secara pribadi, pun, saya pernah merasakan hidup dalam kekurangan. Bagaimana rasanya putus sekolah ketika Papa meninggal mendadak. Hidup saya kemudian berubah melalui pendidikan. Sekarang saya ingin hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain,” jelas Veronica.
Inilah yang mendorong YCAB menuangkan dua puluh kisah inspiratif perjalanan hidup para pejuang penerima manfaat dalam buku Impact One, Impact Millions.
Ketika melalui hidup seorang Veronica yang telah berdampak pada jutaan orang.
Baca Juga: Shopee Turut Berkontribusi Positif dalam Perkembangan Digital Ekonomi
Para pejuang tersebut terdiri dari sepuluh anak muda lulusan Rumah Belajar YCAB dan sepuluh ibu klien YCAB Ventures yang berhasil menjadi mandiri.
Buku Impact One, Impact Millions diluncurkan pada tanggal 16 Desember 2019 di Jakarta.
Salah satu murid lulusan Rumah Belajar YCAB Duri Kepa, Dwi Ari mengungkapkan jika bantuan tersebut membantunya untuk memperoleh pendidikan layak.
Baca Juga: Celebrity Fitness Berhasil Raih Penghargaan Asia Top Employer 2019
“Saat itu saya mencoba mencari uang saku dari berjualan nasi goreng ke teman-teman sekelas,” ungkapnya.
Sementara itu, Sugini penjual pecel yang juga ada di dalam buku mengisahkan perjuangannya berjualan di Jakarta.
Ia mencari nafkah dengan menjual pecel dengan pelengkap gorengan dan lontong di warung makan miliknya.
Baca Juga: Jelang Puncak Harbolnas, Shopee Hadirkan Inovasi dan Optimasi Layanan
Setelah delapan tahun bergabung menjadi klien YCAB Ventures, Sugini sangat merasakan manfaat ilmu tentang literasi keuangan yang didapatkannya, “Berkat kemampuan mengatur uang, saya bisa membiayai transportasi kuliah anak serta membayar uang kontrakan rumah.”
Konsep kewirausahaan yang dikembangkan YCAB dalam memberdayakan perempuan prasejahtera mendapat dukungan dari Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang diungkapkan dalam buku Impact One, Impact Millions.
“Selain melalui pendekatan ekonomi keluarga, konsep ini memutus rantai kemiskinan melalui perbaikan pendidikan pada anak-anak keluarga prasejahtera itu. Kalau ada satu juta orang Veronica yang lain, melakukan hal yang sama, maka perubahan sosial bisa dilakukan lebih cepat dan kita lebih siap memasuki fase menuju negara maju,” jelas Andy Nova.
Baca Juga: Guardian Umumkan 10 Produk Kecantikan dan Kesehatan Favorit Orang Indonesia Sepanjang 2019
Pengelolaan yayasan tidak semata-mata karena ini merupakan dunia sosial kemudian dikelola asal-asalan sehingga akhirnya mati.
Tetapi yayasan untuk membantu saudara-saudara kita itu bisa dikelola seperti perusahaan, tentu beda dengan perusahaan-perusahaan yang kita kenal hanya mencari keuntungan.
“Kalau dilihat selama ini tren historical dari YCAB dari awal sampai 20 tahun, bagaimana YCAB beradaptasi terhadap kondisi yang ada, dari gaya hidup sehat lalu ke pendidikan, kemudian pemberdayaan ekonomi. Lalu menyatukan ini semua menjadi YCAB Social Enterprise. Itu menjadi inspirasi saya sendiri,” ungkap Arsjad Rasjid.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR