Ratna menjelaskan, untuk mendapatkan matcha yang asli, daun teh hijau harus melewati proses yang begitu panjang sampai pada akhirnya menjadi serbuk matcha.
Sedangkan teh hijau hanya melewati proses pemetikan kemudian penyeduhan.
“Proses membuat matcha itu sangat-sangat complicated, jadi nggak mungkin matcha dijual dengan harga sangat murah,” jelas Ratna.
Hal ini juga disetujui oleh Lintang Wuriantari, Tea Executive Officer Matchamu.
“Di Jepang, perfecting the matcha processing adalah harta yang diwariskan turun temurun di keluarga pembudidaya,” jelasnya.
Karena itulah, menghargai setiap tahap dalam matcha processing menjadi faktor yang menentukan demi menghasilkan kualitas matcha terbaik.
Pengolahan matcha juga berbeda dengan daun teh pada umumnya.
Beberapa minggu sebelum dipetik, daun teh akan ditutup agar tidak terkena sinar matahari.
“Matcha adalah teh hijau berbentuk bubuk yang dalam prosesnya sebelum dipetik, ditutup untuk mengurangi asupan sinar matahari,” tambah Ratna.
Dikuranginya paparan sinar matahari dilakukan untuk membuat kandungan polifenol tinggi, sehingga manfaat dan rasanya berbeda dengan teh lainnya.
“Pohon tehnya tidak banyak sinar matahari supaya polifenolnya tinggi, jadi rasanya lebih manis, warna lebih hijau, dan rasa khas umami, gurih atau creamy yang sangat sedikit ditemukan di teh lain,” lanjutnya.
Proses setelah dipanen pun berbeda.
“Setelah dipanen, disimpan tidak lebih dari sehari dalam bentuk cacahan, sehingga antioksidan tetap ada tapi oksidasinya tidak berjalan cepat,” jelas Lintang.
Pada kesempatan yang sama, Matchamu menggagas Hari Matcha Nasional untuk lebih mengapresiasi matcha dan perkembangannya di tanah air.
Matchamu sendiri belajar banyak nilai penting dari bagaimana matcha dihasilkan.
Value inilah yang selalu dijaga dengan baik, dari awal Matchamu lahir hingga menjadi skala manufaktur. (*)
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | optimization |
KOMENTAR