NOVA.ID – Singapura belakangan ini dipuji karena dianggap mampu mengatasi kasus virus corona yang mendunia dengan baik.
Menurut data yang dipublikasikan Worldmeter.info pada Jumat (20/3), dari 345 kasus positif virus corona di Singapura, belum ada korban tewas. Bahkan 124 orang dinyatakan sembuh.
Berbeda dengan negara tetangganya, termasuk Indonesia, di mana jumlah kasus terinfeksi virus corona, termasuk korban meninggal jumlahnya meningkat signifikan.
Apa rahasia Singapura yang mampu menekan laju korban virus corona? Jawabannya ternyata program pelacakan kontak canggih yang dijalankan Singapura.
Seperti dikutip dari BBC.com, tim pelacak kontak bekerja dengan sangat baik menelusuri suspect virus corona.
Secara detail dan sistematis, mereka menelusuri semua orang yang pernah berinteraksi dengan suspect virus corona.
Tim pelacak kontak mengindentifikasi dan mengisolasi semua yang pernah dekat dan kontak dengan suspect virus corona, sebelum virus menyebar lebih jauh.
Saat ini, sudah ada sekitar 6.000 orang yang telah dilacak menggunakan kombinasi rekaman CCTV, penyelidikan polisi, hingga pekerjaan serupa detektif.
Sejatinya, semua itu dimulai dengan panggilan telepon sederhana.
Seperti yang dialami Melissa (bukan nama sebenarnya), seorang guru yoga yang mengetahui bahwa dia berisiko tertular virus corona.
Melissa bercerita, suatu sore, saat pesta barbekyu dia menerima telepon tak dikenal.
"Mereka bertanya, 'Apakah Anda naik taksi pukul 18.47 pada hari Rabu?' Itu sangat tepat. Kurasa aku sedikit panik, aku tidak bisa berpikir jernih," kisah Melissa.
Setelah diingat-ingat, Melissa memang menggunakan jasa taksi itu, dengan durasi perjalanan hanya 6 menit. Dia tak tahu, apakah pengemudi taksi atau penumpang lainnya terinfeksi.
Yang pasti, petugas dari Kementerian Kesehatan Singapura yang menelepon mengatakan kepadanya bahwa dia perlu tinggal di rumah dan dikarantina.
Keesokan harinya, tiga petugas muncul di pintu tempat tinggalnya, mengenakan jaket dan masker bedah.
Melissa bilang, "Mereka memberi saya kontrak - perintah karantina - itu mengatakan Anda tidak bisa pergi ke luar rumah Anda, kalau tidak denda dan waktu penjara. Ini adalah dokumen hukum.”
Melissa menambahkan, "Mereka memperjelas bahwa kamu tidak bisa meninggalkan rumah. Dan aku tahu aku tidak akan merusaknya. Aku tahu aku tinggal di tempat di mana kamu melakukan apa yang diperintahkan."
Dua minggu kemudian, Melissa tidak menunjukkan gejala Covid-19 dan bisa meninggalkan rumahnya.
Pemerintah Singapura memang cukup tegas menerapkan program itu. Mereka seperti tidak punya banyak pilihan selain mencoba menemukan, dan mengisolasi semua orang yang berisiko.
Tapi keputusan itu sepertinya malah mampu membuat Singapura berhasil menahan munculnya korban akibat virus corona lebih banyak. (*)
Source | : | BBC |
Penulis | : | Muhamad Yunus |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR