NOVA.ID - Tiap negara punya caranya masing-masing dalam menghadapi wabah virus Corona yang menyerang.
Di beberapa negara seperti Singapura dan Jerman, tingkat kematian bahkan bisa ditekan hingga sangat rendah.
Lalu, apa rahasia negara ini dalam menangani Corona?
Baca Juga: Cek Suhu untuk Deteksi Virus? Dapatkan Termometer Terbaik di Tokopedia
Angka kematian akibat virus corona di Jerman tidak setinggi negara lain di Eropa yang terus meningkat.
Meski berada di antara negara paling terpukul karena virus corona, Jerman mencatat jumlah kematian yang sangat rendah.
Angka resmi terbaru yang diterbitkan Lembaga Pengendalian Penyakit, Institut Robert Koch (RKI) pada Kamis (19/03) menunjukkan 10.999 kasus infeksi dan 20 angka kematian.
Angka kematian itu hanya 0.18 persen, jauh lebih rendah dari China (4 persen), Inggris (3,9 persen), Perancis (2,9 persen) dan Italia (8,3 persen).
"Hal itu sulit untuk dijelaskan," ungkap Richard Pebody dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa lalu.
"Kami tidak punya jawaban yang benar dan mungkin kombinasi dari berbagai faktor." Tapi, berikut ini adalah penjelasan yang dikemukakan oleh pakar spesialis:
1. Peralatan medis Jerman lebih baik
Dengan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap juga alat pernapasan, peralatan dan perlengkapan Jerman lebih baik dibandingkan dengan negara tetangganya di Eropa.
Sebaliknya, Perancis hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu.
Di Inggris, angka-angka NHS terbaru menunjukkan bahwa ada lebih dari empat ribu tempat tidur perawatan kritis di Inggris.
Baca Juga: Lakukan Pencegahan Corona, Bioskop di Jakarta akan Tutup Selama 2 Minggu
Sementara sekretaris kesehatan Matt Hancock mengatakan pada Minggu kemarin bahwa Inggris memiliki lima ribu ventilator yang tersedia.
Pasien yang sakit di Jerman sejauh ini pun dapat pulih dengan cepat.
Untuk mencegah rumah sakit menjadi kewalahan, seperti yang terjadi di Italia atau Perancis Timur, pemerintah Jerman juga berencana untuk menggandakan tempat tidur perawatan pernapasan intensif.
Bahkan hotel dan aula publik besar harus digunakan kembali sebagai rumah sakit darurat untuk pasien dengan gejala yang kurang serius.
Sehingga rumah sakit dapat dibebaskan untuk merawat mereka yang sakit parah.
2. Tes awal
Christian Drosten, Direktur Institut Virologi di rumah sakit Charite Berlin mengatakan bahwa pengujian awal juga bisa menjadi faktor kematian kecil.
"Kami mengenali penyakit ini sangat dini di negara kami. Kami unggul dalam hal diagnosis dan deteksi," ungkap Drosten.
Pada Januari, para peneliti di Charite menjadi yang pertama mengembangkan tes untuk virus corona.
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak di antaranya mulai melakukan tes paling awal sejak Januari, ketika jumlah kasus masih sangat rendah.
Tingginya jumlah laboratorium telah meningkatkan kapasitas penyaringan nasional, dan RKI memperkirakan bahwa 12 ribu orang dapat diuji dalam sehari di Jerman.
Karena itu, mendapatkan tes di Jerman lebih mudah daripada di beberapa negara lain.
Siapa pun yang menunjukkan gejala, telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi atau baru saja kembali dari zona risiko memenuhi syarat untuk dites.
Baca Juga: Salut! Ini Rahasia Singapura Menekan Laju Korban Virus Corona
3. Pasien lebih muda
Virus ini juga sebagian besar menginfeksi populasi usia muda dan lebih sehat di Jerman dibandingkan di tempat lain.
"Di Jerman, lebih dari 70 persen orang yang diidentifikasi telah terinfeksi hingga sekarang berusia antara 20 dan 50 tahun," jelas presiden RKI Lothar Wieler.
Seperti di Skandinavia, infeksi pertama di Jerman diidentifikasi pada orang yang baru saja kembali dari liburan bermain ski di Italia atau Austria.
Namun di negara di mana hampir seperempat dari populasi lebih dari 60, ada kekhawatiran bahwa jumlah kematian akan meroket ketika virus menyebar lebih lanjut.
4. Tidak ada uji pasca kematian (post-mortem)
Penjelasan lain yang dikutip oleh para ahli Italia, bisa jadi bahwa Jerman, tidak seperti negara lain, cenderung tidak menguji mereka yang sudah meninggal.
"Kami tidak menganggap tes post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa pasien diuji sebelum mereka meninggal," kata RKI kepada media Perancis AFP.
Itu berarti bahwa jika seseorang meninggal di karantina di rumah dan tidak pergi ke rumah sakit, ada kemungkinan besar mereka tidak akan dimasukkan dalam statistik.
Hal ini diungkapkan oleh Giovanni Maga dari Dewan Riset Nasional Italia dalam sebuah wawancara dengan Euronews.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Angka Kematian Rendah, Ini Kunci Jerman Atasi Virus Corona"
Sahabat NOVA, jangan sampai ketinggalan berita dan informasi terbaru dan menarik soal selebriti dan dunia perempuan di Tabloid NOVA, ya. Dapatkan edisi terbarunya dengan berlangganan, tinggal klik https://www.gridstore.id/brand/detail/25/nova.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR