NOVA.id - Hari-hari belakangan ini ada “penghuni” baru dalam tas Santi (32).
Pemilik usaha rumahan dengan satu putri tersebut tak akan meninggalkan rumah tanpa dua benda ini, yaitu hand sanitizer dan masker cadangan (siapa tahu masker yang dipakainya basah atau terlepas).
Walaupun hanya pergi ke minimarket di dalam perumahan, kedua benda ini wajib menemaninya.
Baca Juga: Jadi The New Normal, Ini Cara Adaptasi dengan Kondisi Setelah Pandemi
Bukan cuma itu, bebersih sebelum masuk rumah, bahkan langsung mandi dan berganti pakaian usai bepergian pun kini jadi ritual wajib di keluarganya.
Apa yang dilakukan Santi, bisa jadi dilakukan semua orang di pelosok Bumi saat ini.
Sebuah kebiasaan baru yang muncul sejak pandemi Covid-19.
Menurut Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari dr., M.Kes, pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya, hal ini terjadi saat kasus virus corona secara grafik kondisinya sudah melandai.
“Sebenarnya enggak baru-baru banget, hal ini sudah dilakukan (sebagian orang) tapi enggak rutin. Tapi sekarang dilakukan sebagai sebuah kerutinan, yang kita pahami sebagai healthy lifestyle,” kata Atoillah kepada NOVA melalui sambungan telepon, Minggu (10/05).
Harus diakui, pandemi virus corona yang terjadi saat ini memunculkan kebiasaan baru.
Terutama sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan presiden awal Maret 2020.
Untuk menghentikan penyebaran virus, kita diminta untuk bekerja dari rumah (work from home), sekolah dari rumah (school from home), dan beribadah juga dari rumah.
Social distancing yang disusul dengan physical distancing di tempat-tempat umum, termasuk transportasi publik, digalakkan.
Bahkan diresmikan melalui aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Selama karantina di rumah, kita menjalani banyak kebiasaan baru.
Mulai dari meeting secara online dengan rekan kerja di kantor, menemani anak mengikuti kelas online, belanja kebutuhan rumah tangga secara online, delivery makanan dari resto favorit, bersosialisasi dengan teman dilakukan dengan aplikasi conference, dan masih banyak lagi.
Perubahan juga dirasakan dalam hubungan antar-anggota keluarga.
Mereka yang biasanya hanya bertemu keluarga di malam hari, kini punya waktu 24 jam bersama.
Bahkan cara komunikasi kita dengan keluarga pun berubah.
Dan tanpa kita sadar, perubahan juga terjadi pada fisik kita.
Kita yang biasa berjalan sekian langkah menuju kendaraan umum atau dari tempat parkiran, kini hanya jalan beberapa langkah di dalam rumah.
Perubahan yang tiba-tiba ini memunculkan rasa tidak nyaman, bosan, sampai stres, bahkan depresi.
Baca Juga: Beri Dukungan untuk Masyarakat Terdampak Pandemi, AXA Mandiri Siapkan Paket Bantuan
Tapi ketika hal ini berlanjut sampai berbulan-bulan, banyak orang mulai terbiasa.
Terbiasa di rumah, terbiasa meeting online, terbiasa belanja online, dan lain sebagainya.
Dan ternyata itu semua menyenangkan.
Menyenangkan bisa ketemu anak setiap hari.
Menyenangkan bisa masak sendiri di rumah.
Banyak hal pada akhirnya menyadarkan kita untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan mematuhi anjuran yang ditetapkan, namun melakukan berbagai upaya agar aktivitas tetap berjalan.
Baca Juga: AXA Beberkan Pentingnya Women Empowerment untuk Cegah KDRT Selama WFH
Itulah yang akhirnya menjadi new normal.
Kita punya gaya hidup baru, hasil adaptasi terhadap kondisi pandemi.
Tapi memang manusia adalah mahluk yang adaptif, kan?
Menurut Atoillah, new normal itu mengandung dua dimensi, yaitu personal dan komunitas.
“Kalau dimensi personal tak mungkin diberi aturan, lebih kepada kesadaran setiap orang. Tapi kalau komunitas, harusnya memang bisa dibuat aturan untuk dipatuhi,” kata Atoillah.
Atoillah mencontohkan, dimensi personal itu misalnya tentang interaksi antar-manusia dan kebiasaan bersalaman saat bertemu.
Baca Juga: Alodokter Buat Layanan Digital Uji Mandiri Risiko Terkena Corona
Ini akan sulit dilarang, mengingat kebiasaan kita selama ini.
Jadi kepatuhannya butuh waktu lama.
Sedangkan dimensi komunitas, pemerintah bisa bikin aturan tentang berkumpulnya orang dan harus dipatuhi.
Baca Juga: Gandeng POGI, Halodoc Buka Layanan Konsultasi Khusus Masalah Kehamilan
Memang, mau tak mau pandemi Covid-19 membuat kita jadi punya kebiasaan baru.
Jika diperhatikan, sudah cukup banyak aktivitas yang menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi sekarang.
Paling enggak dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini.
Baca Juga: Bebas Virus Corona, Ini Cara Aman Terima Paket Belanja Online di Rumah
Dan itu terjadi hampir di seluruh dunia.
Kegiatan yang banyak dilakukan di rumah menumbuhkan rutinitas baru seperti kebiasaan belanja online yang makin meningkat.
Kalau tadinya kita belanja online untuk beli skin care, makeup, pakaian, sekarang kita juga beli online untuk beras,minyak goreng, bahkan sayuran.
Baca Juga: Anti Boros, Ini Tips Pintar Atur Uang Belanja Online Saat Work from Home
Dan ini diikuti dengan aturan “tanpa bersentuhan” dengan kurir atau penyedia jasa pengantaran.
Untuk urusan kesehatan, alihalih ke rumah sakit dengan bayang-bayang risiko penularan Covid-19, banyak yang beralih ke layanan konsultasi kesehatan online.
Selain itu, kebiasaan baru yang tercipta dengan sendirinya juga terjadi di bidang lain.
Baca Juga: Pintar Atur Uang, Efisien Belanja Online Saat Social Distancing
Misalnya di beberapa pasar yang pedagangnya sudah menerapkan physical distancing, dengan membuat jarak antarpedagang.
Tren private theatre akan muncul untuk mengantisipasi kebutuhan akan hiburan di rumah.
Juga maraknya makanan siap saji dalam kemasan maupun frozen food.
Baca Juga: Belanja Online saat Social Distancing Tak akan Boros jika Ikuti Tips Pintar Atur Uang Ini!
Masih banyak kebiasaan baru lain yang akan kita hadapi.
Nah, agar new normal ini bisa kita terima dengan lapang dada, Atoillah menyebut aspek personal kita harus disesuaikan.
Sehingga pola hidup baru itu bisa jadi bagian dari diri kita.
“Tahapannya biasanya begini. Awalnya kan terpaksa, kemudian jadi biasa, baru setelah itu jadi budaya dan jadi bagian dari karakter kita,” kata Atoillah.
Siap menjalani new normal?
Penulis | : | Yunus |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR