NOVA.id- Tak bisa dimungkiri, Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada tantangan ekonomi yang sangat besar sebagai akibat dari pandemi covid-19.
Berbeda dengan krisis Asia 1998 maupun krisis keuangan 2008, pandemi covid-19 ini memberikan guncangan (shock) mendalam bagi UMKM.
Tidak terkecuali para pelaku usaha mikro seperti toko dan warung kelontong turut merasakan dampak terhadap penurunan omzet/pendapatan akibat pembatasan aktivitas masyarakat serta perubahan perilaku konsumen terkait dengan persepsi terhadap praktik kebersihan dan higienitas tempat berbelanja.
Baca Juga: Mengenal G4, Virus Flu Babi Jenis Baru yang Disebut Jadi Calon Pandemi Baru
Pemerintah sendiri telah mengumumkan lima skema untuk melindungi dan memulihkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada saat pandemi COVID-19 ini.
Kelima skema oleh pemerintah tersebut mencangkup pemberian bantuan sosial (bansos) untuk UMKM kategori miskin dan rentan terdampak COVID-19, insentif pajak, restrukturisasi dan relaksasi kredit, perluasan modal kerja baru, sampai dengan pemerintah melalui kementerian/lembaga, BUMN, dan pemerintah daerah bertindak sebagai penyangga dalam Ekosistem UMKM.
Selain skema-skema tersebut, dalam rangka percepatan pemulihan usaha UMKM khususnya sektor ritel tradisional, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) Republik Indonesia berkolaborasi dengan UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UKM Center FEB-UI), Coca-Cola (PT Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Amatil Indonesia), dan QASA mengumumkan adanya inisiatif Gerakan Toko BERSAMA (BERsih, SehAt, Maju).
Baca Juga: Bermodus Turnamen E-Sport, 8 Anak di Depok Diduga Hendak Diculik
Gerakan Toko BERSAMA (BERsih, SehAt, MAju) merupakan upaya membantu toko dan warung tradisional agar dapat bertahan di saat krisis dan terus berkembang setelahnya.
Gerakan Toko BERSAMA akan menjadi konsorsium sosial dari perusahaan-perusahaan swasta yang dikelola secara independen yang saat ini sedang diupayakan/dibentuk bersama QASA sebagai bentuk partisipasi dan kolaborasi stakeholders dalam percepatan perlindungan dan pemulihan usaha UMKM terdampak COVID--19.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Call Center Kemenkop UKM terdapat 236.980 UMKM terdampak, permasalahan utama yang dihadapi adalah penjualan/permintaan menurun, permodalan dan distribusi terhambat, dan sulitnya bahan baku, di mana pedagang eceran merupakan sektor terdampak terbesar kedua sebesar 25,33%.
Baca Juga: Coca-Cola Boikot Facebook, Kekayaan Mark Zuckerberg Turun Hingga Lebih dari 100 Triliun!
Gerakan Toko BERSAMA diharapkan dapat membangkitkan semangat serta mengembalikan kekuatan pelaku usaha Toko atau Warung di tanah air sebagai tulang punggung perekonomian rakyat,” jelas Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.
Kolaborasi ini sebagai bukti nyata sinergi antara dunia usaha, pemerintah dan universitas dalam rangka memberdayakan UMKM, khususnya peritel tradisional. Seperti diketahui, sektor ritel merupakan salah satu kontributor penting terhadap pembentukan PDB nasional dan yang menyerap banyak tenaga kerja cukup banyak.
Baca Juga: Viral! Makam di Madiun Ini Malah Jadi Tempat Selfie untuk Warga, Tak Ada Suasana Seram Sama Sekali!
“Kami menyambut baik kolaborasi ini sebagai bukti nyata sinergi antara dunia usaha, pemerintah dan universitas dalam rangka memberdayakan UMKM, khususnya peritel tradisional. Seperti diketahui, sektor ritel merupakan salah satu kontributor penting terhadap pembentukan PDB nasional dan yang menyerap banyak tenaga kerja cukup banyak” jelas Ketua UKM Center FEB UI, T.M. Zakir Sjakur Machmud.
Bersama dengan mitra kolaborasi akan membentuk peta jalan untuk pengembangan konsorsium sosial gerakan ini, yang pada tahap awal akan menjangkau lebih dari 500.000 toko tradisional di Indonesia terkait persiapan menghadapi periode kehidupan normal baru (new normal).
“Kami melihat perlunya kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan inisiatif ini menjadi lebih besar sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pemberdayaan toko dan warung kelontong yang merupakan salah satu sektor pendukung perekonomian nasional,” jelas Managing Director QASA, Joko Wiyono.
Sementara itu, Cola sebagai bagian dari masyarakat ingin turut mengambil bagian melalui Gerakan Toko BERSAMA.
“Gerakan ini sejalan dengan kepedulian kami terhadap dampak yang terjadi kepada masyarakat khususnya terhadap usaha ritel tradisional yang merasakan dampak cukup besar agar mereka dapat bangkit kembali, membangun usaha mereka,” ujar Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo.
Sebagai langkah awal, Gerakan Toko BERSAMA akan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada pemilik toko mengenai standar operasional toko yang bersih, sehat dan aman dalam rangka persiapan kehidupan normal baru (new normal) melalui distribusi e-book, video yang bisa disebarkan secara gratis dan diakses di laman www.gerakantokobersama.com.
Tujuan tahap awal ini adalah untuk memberikan rasa aman serta nyaman bagi masyarakat untuk berbelanja di toko dan warung kelontong sekaligus membantu upaya pemerintah dalam pencegahan penyebaran covid-19.
“Sebagai wujud apresiasi kami kepada mitra usaha kami, kami berkomitmen untuk selalu mendukung mitra kami; beberapa waktu lalu kami pun telah memberikan fasilitas pengaman berupa tirai plastik untuk kasir kepada 50 ribu toko dan warung kelontong, saat ini kami pun sedang menyiapkan inisiatif lainnya.” Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability Coca-Cola Amatil Indonesia.
Pada tahap berikutnya, Gerakan Toko BERSAMA akan dilanjutkan dengan implementasi dan aktivasi standar operasional di toko tradisional dan kolaboratif program lainnya dalam mempercepat reaktivasi dan pemulihan UMKM.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR