Setelah titik-titik pemicu konflik diidentifikasi, temukan jalan tengah dan lakukan perubahan.
Misalnya, perilaku anak yang bangun tidur terlalu siang, memicu marah suami yang berprinsip bahwa anak harus rajin bangun pagi.
Maka, negosiasikan di pukul berapa yang pas, baik untuk suami maupun anak memulai aktivitas pagi hari.
“Kesepakatan ini perlu lahir dari proses komunikasi yang dilakukan bersama, dengan berempati, bukan menghakimi. Jika anak maupun suami sudah punya luka emosi, maka fasilitasi untuk saling meminta maaf dan memulai kembali belajar berelasi satu sama lain. Sebagai ibu, latih diri untuk dapat memfasilitasi relasi antara suami dan anak Anda,” pungkas Pinkan.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR