Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi., psikolog anak dan keluarga, kedua perilaku di atas sama-sama merupakan bentuk stres yang sangat mungkin dialami anak.
Hanya saja kondisi pertama adalah eustress atau stres positif dan yang kedua adalah distress atau stres negatif.
“Kalau hanya terjadi sesekali, sih, enggak apa-apa, ya. Namun kalau lebih sering terjadi distress,maka sering kali berdampak negatif pada perkembangan anak. Misalnya, anak jadi rentan depresi, mengembangkan beberapa jenis fobia, ataupun punya beberapa keluhan psikologis lain,” jelas Nina, sapaan akrabnya.
Penyebabnya banyak.
Mulai dari proses belajar, seperti tugas yang banyak dan monoton, instruksi yang kurang jelas, tidak terlibat dalam perencanaan belajar, kurangnya interaksi, hingga nilai yang jelek.
Bisa juga dari aspek perkembangan anak yang mulai terganggu.
Baca Juga: Diperpanjang, Begini Cerita Orang Tua Tentang Temani Anak Belajar dari Rumah
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR