"Kalo dari perempuan memang tingkat ketangguhannya tinggi.
Cuma yang kami sering hadapi di lapangan itu perempuan masuk ke bisnis karena necessity driven (kebutuhan ekonomi), bukan karena opportunity driven (kesempatan mengembangkan diri).
Misalnya yang tadinya pendapatan di suami sekarang harus cari penghasilan sendiri, atau di PHK seperti yang terjadi sekarang," ujarnya.
Dari gap inilah muncul beberapa tantangan akses yang menghambat peran perempuan terutama di wilayah untuk berkembang, yaitu:
1. Akses pendidikan
Banyak perempuan wirausahawan UMKM tidak memiliki basis pengetahuan soal model bisnis bahkan pengaturan uang secara sederhana.
Hal ini berbanding terbalik dengan perempuan dengan opportunity driven yang bisa saja sudah mengenyam pendidikan tinggi di jurusan bisnis.
2. Akses pembiayaan (paling penting)
Data yang ada menunjukkan bahwa hanya 20 persen perempuan wirausahawan UMKM yang mendapat bantuan atau suntikan modal dari institusi formal.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyinggung adanya skema bantuan untuk perempuan penggerak UMKM yang akan segera dijalankan.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR