Asal tahu saja, 96 persen responden survei mengakui pekerjaan domestik bertambah dan perempuan atau istri bekerja lebih berat dua kali lipat daripada laki-laki.
Bahkan 1 dari 3 orang melaporkan bahwa bertambahnya beban domestik ini memicu stres.
“Selain bekerja rumah tangga, harus menjadi guru untuk anakanak, juga harus melakukan pekerjaan kantor. Tripel, jadinya. Itu yang bisa memicu ketegangan dan stres. Kemudian bisa juga memicu pertengkaran dengan pasangan. Atau juga ibu menjadi lelah secara fisik maupun psikis, kemudian melakukan pelampiasan, misalnya marahin anaknya atau suaminya,” jelas Siti.
Baca Juga: Berkaca dari Perceraian Gisel sampai Yeslin Wang, Kenapa Perempuan Lebih Banyak Gugat Cerai Duluan?
Ya, perasaan sendiri ditambah tak ada kesadaran pasangan untuk hadir bersama inilah yang tak jarang mencetuskan konflik dalam rumah tangga.
Jadi, si perempuan mengalami bentuk ketidakadilan dalam bentuk beban kerja berlebih tanpa campur tangan pasangan di bidang domestik.
Belum lagi ditambah masalah ekonomi dan kekhawatiran akan ketidakpastian di masa ini.
Baca Juga: Dari Ahok sampai Gisel, Kenapa Banyak Artis dan Figur Publik Putuskan Bercerai?
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR