“Kepanikan biasanya termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti saling curiga. Begitu pula seperti saat sebelum Covid-19. Pada awal pandemi, orang bingung karena tidak tahu petunjuk, tidak tahu jalan keluar,” katanya dalam webinar yang diadakan Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat.
Di masa awal pandemi, kebanyakan orang akan mengalami shock dan denial, tapi lama-kelamaan akan menyesuaikan diri.
“Kalau hari ini orang tenang-tenang saja bukan karena kasusnya menurun, tapi kita beradaptasi dengan situasi sehingga ketakutan itu reda," katanya.
Baca Juga: Selama Ini Salah Kaprah, Makanan Manis Justru Bisa Berdampak Buruk untuk Kesehatan Mental
Taufiq menambahkan, yang terpenting bukanlah seberapa besar stresor (penyebab stres), tapi bagaimana respon kita dalam menghadapinya.
Kemampuan otak memproses Kemampuan memproses otak manusia ternyata memiliki batasan yang disebut dengan brain bandwidth. Sebagai perumpanan adalah gelas yang diisi dengan air, batu, dan pasir.
Jika satu komponen diperbanyak, maka komponen lain akan mengecil.
“Jika kita terlalu banyak berpikir positif, maka yang negatif akan mengecil karena ruangnya habis. Sebaliknya, kalau kita terlalu over thinking, berpikir negatif untuk segala hal, maka yang positif akan hilang,” ujar Taufiq.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Ini 8 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama di Rumah Aja
Lihat postingan ini di Instagram
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR