Untuk memperoleh hasil yang nyata, lanjutnya, para pelaku sociopreneur harus bisa memastikan siapa yang akan menjadi target dan seperti apa dampak nyata yang dihasilkan.
“Kalau ada yang nasibnya berubah, itu dampak nyata yang terlihat. Dan itu jauh lebih penting daripada popularitas dan publikasi yang memberikan ilusi seolah-olah kita sudah besar,” tambahnya lagi.
Perkara biaya operasional yang sering menjadi problem keberlangsungan sebuah gerakan social, menurut Ainun mestinya tidak menjadi masalah karena Akber pun terbentuk nyaris tanpa modal.
Baca Juga: Ketahui 4 Hal Penting Ini Saat akan Merintis Bisnis di Usia Muda
“Kami tidak berangkat dari biaya. Untuk tempatnya, bisa biasa pinjam fasilitas gratis milik perusahaan, café, resto, bahkan balai RW atau di pantai untuk belajar. Karena kami justru ingin mengubah paradigma masyarakat, bahwa belajar harus tersekat di institusi resmi. Bagi kami yang penting ada guru dan murid, maka semua bisa terlaksana,” ujarnya.
Ainun mengakui, mengelola relawan sebagai motor gerakan agar mampu berkembang menjadi agen perubahan bukan perkara mudah.
Bagaimana pun juga, para relawan itu tidak mendapatkan imbalan dalam aktivitas mereka.
Baca Juga: Daftarkan Merek Dagang di Kemenkop UKM Gratis, Ini Persyaratannya
View this post on Instagram
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR