Pasalnya hingga saat ini anggaran untuk kebutuhan tersebut masih terpantau sedikit.
“Untuk perusahaan digital di tingkat global anggaran keamanan data masih sekitar 10 persen, dan 10 persen ini pun dari budget IT. Berarti memang masih kurang, dan sangat kurang,” lanjutnya.
Kedua, pengguna seharusnya turut menjadi pihak yang menurutnya juga harus sigap terhadap keamanan data pribadinya.
Baca Juga: Dukung Kemenparekraf Pulihkan Pariwisata Indonesia, Traveloka Giatkan Edukasi dan Inovasi
“Namun, tidak bisa juga keamanan data hanya diberatkan pada perusahaan teknologinya saja. Kebocoran data itu bisa dari macam-macam. Inisiatif mengamankan data diri juga perlu tumbuh dari pihak konsumen.”
Menurutnya, pengguna wajib untuk memilih aplikasi yang memiliki layanan kredibel dan menerapkan seminimal mungkin two-factor authentication (autentikasi dua faktor) dan sigap memperhatikan rekam jejak aplikasi yang digunakan.
“Sebagai pengguna harus menggunakan layanan yang kredibel, menyerahkan data secukupnya atau seperlunya, dan apabila penyedia jasa meminta data lebih tanyakan dahulu alasannya dan pastikan mereka mempunyai privacy policy. Dan sebagai penyedia jasa harus bisa bertanggung jawab terhadap data kita,” lanjutnya.
Baca Juga: Genjot Pariwisata, Traveloka Jalin Kerjasama dengan Pemkab Banyuwangi
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR