Untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas, Syawal membentuk Facebook Group.
“Kami melihat bahwa laut kita bermasalah, sungai kita bermasalah, bahkan gunung kita yang tertinggi di NTB juga sudah bermasalah dengan sampah. Lalu, saya teringat Bapak saya dulu membesarkan saya dengan sampah,” ungkapnya.
"Akhirnya, mulailah bank sampah ini. Kami masuk desa keluar kampung setiap hari itu menemui masyarakat, membangun komunitas. Kami bukan melihat sampah sebagai masalah, tapi mencoba melihat sampah sebagai berkah,” ujar pria yang dulu dijuluki “Sarjana Sampah” lantaran berhasil lulus kuliah dari hasil berjualan sampah.
Awalnya, masyarakat lokal belum memiliki pemahaman yang mumpuni tentang bank sampah dan cara memilah sampah.
Baca Juga: Komunitas Ruang Tengah, Wadah Berbagi Cerita Tanpa Rasa Khawatir
Ketika berkunjung ke komunitas ibu-ibu, kelompok pengajian atau sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang olah dan pilah sampah, Syawaludin kerap menerima penolakan, karena dianggap sebagai pemulung.
Tak putus asa, Syawaludin mulai menjangkau petugas kebersihan di sekitaran kota Mataram untuk bersama-sama memberikan edukasi.
“Kami jelaskan bahwa dengan mengumpulkan sampah, mereka bisa dapat uang tambahan. Dari situ orang mulai tertarik dan akhirnya mendengar kehadiran bank sampah yang kami dirikan,” kata Syawaludin.
Tujuan utama Bank Sampah Bintang Sejahtera adalah memberikan edukasi kepada warga, khususnya di NTB, untuk dapat memilah sampah langsung dari sumbernya sehingga memudahkan proses daur ulang.
Baca Juga: Cerita Kakha Series Jualan Busana Muslim Sampai Raih Omzet Miliaran per Bulan
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR