NOVA.id - Setiap orang tua pasti akan melakukan segala yang terbaik untuk buah hati tercintanya.
Namun, saat menerapkan pola asuh kita harus berhati-hati karena kita bisa saja menjadi toxic parents tanpa disadari.
Ada beberapa ciri toxic parents atau tanda orang tua toxic yang bisa kita kenali.
Baca Juga: Hal yang Perlu dan Jangan Dilakukan saat Berkomunikasi dengan Anak
Jika orang tua melakukan beberapa hal psikologis tersebut kepada anaknya, menurut penelitian, maka sang anak kemungkinan akan mengalami masalah kesehatan mental saat tumbuh dewasa.
Dikutip dari Brightside, berikut ini 8 tanda toxic parents.
Apa saja?
Baca Juga: Sejak Memiliki Buah Hati, Dinda Hauw dan Rey Mbayang Punya Hobi Baru
1. Membandingkan anak
Sebagai orang tua, kita pasti memperhatikan perbedaan perilaku, temperamen, dan bahkan pola pikir anak kita secara umum.
Namun, menurut pakar parenting Dr Justin Coulson, sebaiknya hindari hal itu.
Anak-anak yang terus-menerus dibandingkan dengan saudara kandung mereka akan menurunkan harga diri mereka dan mengurangi motivasi serta meningkatkan kecemasan.
Hal tersebut dapat memengaruhi cara anak itu menangani apa pun dalam hidup.
Baca Juga: Studi: Orang Tua yang Memiliki Dua Anak akan Berumur Lebih Panjang
2. Membebani anak-anak dengan masalah kita
Kita semua memiliki masalah pribadi, dan mungkin akan lebih sulit untuk ditangani jika kita juga memiliki anak yang harus diurus.
Memang hal yang baik untuk berbicara dengan anak dan menunjukkan kepada anak cara yang sehat untuk mengekspresikan emosi.
Tetapi kita harus menghindari membebani mereka dengan masalah pribadi kita.
Ini dapat menciptakan dinamika yang aneh di mana anak dapat menjadi orang tua atau teman.
Kita seharusnya tidak meminta bantuan emosional kepada anak-anak kita dan membiarkan mereka tetap menjadi anak-anak.
Baca Juga: Dihujat Gegara Pakai Baju Renang, Tamara Bleszynski Murka: Pikiranmu Perlu Dijaga!
3. Melampiaskan rasa frustrasi kepada anak-anak
Kita seharusnya tidak pernah melampiaskan rasa frustrasi kita kepada anak-anak kita.
Kita tidak boleh membuat anak-anak kita merasa bahwa sesuatu yang bukan salah mereka adalah kesalahan mereka.
Sebaliknya, kita harus mengenali emosi kita sendiri dan alasan di baliknya dan memberi diri kita ruang dan waktu untuk menenangkan diri.
Baca Juga: 5 Tips agar Bayi Nyaman dan Tidak Rewel di Musim Panas, Salah Satunya Harus Terhidrasi dengan Baik
4. Mengabaikan perasaan anak-anak
"Kamu akan baik-baik saja," adalah respons yang sangat populer yang kita gunakan ketika kita ingin meyakinkan anak kita.
Mungkin tampak bagus untuk dikatakan, tetapi sebenarnya tidak.
Kita harus belajar untuk berhenti mengabaikan perasaan anak-anak kita dan sebaliknya menerimanya, membicarakannya, dan menawarkan solusi untuk masalah mereka, sekecil apa pun yang terlihat.
Kita tidak bisa melupakan bahwa emosi yang mereka rasakan itu nyata, dan terkadang mereka membutuhkan lebih dari sekadar kata “Tidak apa-apa".
Baca Juga: Banyak Anak Kehilangan Orangtua, Dokter Reisa Ajak Masyarakat Lindungi Anak di masa Pandemi Covid-19
5. Memilih hukuman daripada momen yang bisa diajar
Seringkali, hukuman adalah cara termudah untuk menangani anak nakal, karena orang tua berpikir bahwa itulah yang seharusnya mereka lakukan.
Tetapi dalam banyak kasus, hukuman hanya memperkuat perilaku buruk, dan tidak memperbaikinya.
Sebaliknya, orang tua harus mencoba mengubah perilaku buruk menjadi momen yang bisa diajar.
Dengan begitu, anak bisa belajar mengapa itu salah. Selain itu, kita juga harus menawarkan penguatan positif ketika anak-anak bersikap baik.
Baca Juga: Walau di Rumah Aja, Ini 5 Tips Anak Tampil Stylish ala Gingersnaps
6. Terus-menerus mengkritik anak
Terlalu sering mengkritik akan membuat anak merasa tersakiti dengan lebih dari satu cara.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua yang kritis kurang memperhatikan emosi orang lain.
Itu membatasi kapasitas mereka untuk membaca orang, yang merupakan keterampilan yang sangat penting untuk membangun dan memelihara hubungan.
Baca Juga: Tak Usah Pusing, Ini Tips Merangsang Nafsu Makan Si Kecil!
Lihat postingan ini di Instagram
7. Menggunakan kata-kata negatif untuk menggambarkan anak
Semakin sering kita menggunakan kata-kata negatif, semakin buruklah harga diri mereka.
Kata-kata negatif bisa sangat merusak dan mempengaruhi perilaku anak.
Termasuk akan memperngaruhi cara anak memandang diri mereka sendiri.
Menyebut anak dengans ebutan “pemalu”, “berantakan”, “cengeng”, “menyebalkan”, “keras kepala”, dan seterusnya dapat memiliki dampak negatif yang serius pada mereka, bahkan pada usia yang sangat muda.
Baca Juga: Memutuskan Tak Punya Banyak Anak, Sahabat NOVA Salah Satunya?
8. Tidak mengenal batas
Tidak membiarkan anak menjadi individu yang mandiri dapat menyebabkan suasana yang sangat beracun (toxic).
Itu dapat tercermin dari sikap kita yang mencoba mengetahui segala sesuatu tentang kehidupan anak, mencegah anak untuk mengikuti jalan mereka sendiri, dan terus-menerus mengganggu privasi.
Perilaku yang tidak mengenal batas itu bisa membuat anak tidak memiliki rasa yang kuat tentang siapa mereka dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR