NOVA.id - Kebanyakan orang mungkin masih berpikir jika penghasilan yang didapatkan
dari bertani tidak seberapa.
Tak bisa dimungkiri sosok petani di Indonesia masih identik dengan kemiskinan, kotor, dan terbelakang.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi Jatu Barmawati, perempuan satu ini justru tertarik untuk berkarier di dunia pertanian.
Kepada NOVA, perempuan kelahiran 18 Maret 1991 ini mengaku sudah tertarik dengan dunia
pertanian sejak kecil.
Baca Juga: Launching di Hari Tani, Dari Bumi Hadirkan Hasil Alam Berkualitas
“Ayah memang petani tapi bukan petani yang besar, kita ada lahan di Lampung tapi bagi hasil sama petani sekitar,” kata Jatu.
“Saya dari kecil sudah tertarik pada dunia pertanian, jadi senang bercocok tanam, akhirnya kebawa sampai dewasa,” sambungnya.
Akhirnya setelah lulus sekolah, di tahun 2008 tanpa ragu Jatu mengambil kuliah pertanian
di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Baca Juga: Kisah Febriana Intan, Mitra Kurir Perempuan Lazada Satu-satunya
Selama di bangku kuliah, Jatu tak pernah menyia-nyiakan dari sana Jatu samakin sadar jika
potensi pertanian di Indonesia begitu besar apabila dikelola dengan cara yang tepat.
Menurutnya sekarang ini pengelolaannya belum maksimal.
“Aku juga melihat banyak petani yang masih berada di bawah kemiskinan, dari situ aku melihat berarti ada yang keliru, soalnya saya melihat di luar negeri itu petani kaya raya,” ujarnya.
Baca Juga: Mengenal Faye Simanjuntak, Pendiri Rumah Faye yang Masuk Forbes
Mulai Ekspor ke Eropa
Setelah beres kuliah, Jatu pun memulai membangun bisnisnya di sektor pertanian. Semangatnya
menggebu-gebu.
“Saya lihat Thailand itu saingan banget sama Indonesia dan situ aku terpacu banget. Teman-teman kuliah aku di sana tanahnya sudah berhektar-hektar dan sukses di bidang pertanian. Dari situ semakin yakin aku harus sukses,” kenangnya.
Jatu pun mulai melakukan analisa, kira-kira hal apa yang paling sulit dilakukan sebagai seorang
petani.
Baca Juga: Jadi Saksi Proklamasi RI, Istri Bung Karno Ini Aktif Unggah Konten di YouTube
Memang Jatu yang saat itu masih sangat muda begitu suka dengan tantangan. Kata Jatu, “Ternyata katanya paling susah dan menguntungkan itu ekspor, kalau sampai bisa ekspor jago deh.”
Tahun 2016 Jatu pun belajar cara ekspor produk hasil taninya dengan mengikuti
berbagai kelas, pameran, hingga komunitas.
Singkat cerita akhirnya tahun 2017 Jatu berhasil melakukan ekspor berbagai jenis buah dan sayuran eksotis dengan kualitas premium ke Eropa. Seperti Belanda, Swiss, dan Prancis.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gita Savitri, YouTuber yang Memilih untuk Childfree
Sayangnya, pandemi Covid-19 yang mulai masuk Indonesia pada awal tahun 2020, memaksa
Jatu menghentikan ekspor untuk sementara waktu.
Apakah Jatu menyerah? Tentu tidak. Saat ini dirinya masih bertani. Jatu mengajak pemuda Indonesia khususnya para perempuan untuk tidak malu menjadi petani.
Pasalnya sektor pertanian Indonesia sangat membutuhkan anak muda sebagai sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Baca Juga: Bikin Bangga, Prof Deby Dapatkan Gelar Professor untuk Kedua Kali
View this post on Instagram
Sebagai Duta Pertanian, setidaknya ada sekitar 10.000 petani yang yang dinaunginya.
Kata Jatu, “Teman petani muda ini lebih jago strategi planning, yang aku lihat produknya lebih terstruktur, mereka bikin banyak kerja sama sama petani lainnya, bikin produk olahan juga dari hasil pertaniannya. Sehingga sayang jika tidak dimaksimalkan,” pungkasnya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR